Ekonomi Makro


        Ekonomi dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu ekonomi mikro dan ekonomi makro.

        Ekonomi makro menjawab pertanyaan, apakah kita akan mendapat pekerjaan setelah lulus? Apakah pemerintah harus menurunkan tarif pajak?

        Tujuan mempelajari ekonomi adalah untuk menjadi pembuat keputusan yang lebih baik, maka untuk itu kita harus ketahui bagaimana keseluruhan ekonomi bekerja.

        Ekonomi makro adalah pelajaran tentang ekonomi secara keseluruhan. Dalam ekonomi makro dipelajari isu ekonomi besar seperti output ekonomi, pengangguran, inflasi, tingkat suku bunga, dan kebijakan pemerintah.

        Ekonomi makro merupakan subjek ilmu yang relatif muda. Baru Sejak The Great Depression tahun 1930-an, para ekonom sepenuhnya menyadari perlunya cara sistematis untuk mengukur ekonomi secara keseluruhan, dan bahwa kita mungkin memerlukan teori-teori untuk memandu kebijakan dan memperbaiki masalah yang berpotensi muncul.

        Seratus tahun yang lalu tidak ada data komprehensif tentang kegiatan ekonomi, jadi tidak ada ekonomi makro. Saat ini data ekonomi berlimpah, tetapi itu tidak berarti bahwa para ekonom sepakat tentang bagaimana keadaan suatu ekonomi, ke arah  mana akan bergerak, atau apa yang harus dilakukan untuk membantu.

        Ahli ekonomi makro membuat prediksi berdasarkan data, model teoritis dan tren historis.  

        Namun tidak berarti bahwa ekonomi hanya prediksi atau dugaan semata. misalnya, pada awal 2015, ekonomi Yunani sedang tidak baik. tapi bagaimana kita bisa tahu keadaan ekonomi tersebut?, dan apakah akan menjadi lebih baik ataukah akan menjadi lebih buruk? apa yang harus dilakukan?. semua ini adalah pertanyaan yang coba dijawab oleh ahli ekonomi makro.

        Secara umum, pembuat kebijakan memiliki tiga tujuan ekonomi:
1. menjaga pertumbuhan ekonomi
2. membatasi pengangguran
3. menjaga harga agar tetap stabil

Apabila ketiga hal ini dapat terjadi, maka warga akan merasa senang, politisi akan terpilih kembali, dan ekonom akan mendapat kenaikan gaji.


        Ada tiga pengukuran spesifik yang dianalisis para ekonom untuk melihat apakah suatu negara mencapai ketiga tujuan tersebut, yaitu:
1. produk domestik bruto
2. tingkat pengangguran
3. tingkat inflasi

Produk Domestik Bruto (PDB) / Gross Domectic Product (GDP)

        Ukuran terpenting suatu perekonomian adalah produk domestik bruto atau PDB. PDB adalah nilai semua barang dan jasa yang diproduksi di dalam perbatasan suatu negara dalam periode waktu tertentu, biasanya dalam kurun waktu satu tahun.

        GDP tidak termasuk setiap transaksi yang ada dalam ekonomi. misalnya, jika Anda membeli mobil lokal bekas, itu tidak dihitung terhadap PDB karena tidak ada yang baru diproduksi. sekarang logika yang sama berlaku untuk membeli aset keuangan seperti saham, atau ketika satu perusahaan membeli perusahaan lain, misalnya google membeli youtube, maka tidak diperhitungkan terhadap PDB karena tidak ada barang atau jasa baru yang diproduksi.

        PDB juga tidak termasuk kegiatan ilegal, karena pengedar narkoba biasanya tidak melaporkan penjualan mereka kepada pemerintah, atau kegiatan ekonomi non tradisional seperti produksi rumah tangga. misalnya, jika tukang ledeng menagih seseorang $100 untuk memperbaiki mesin air, ini diperhitungkan terhadap PDB, namun ketika ia memperbaiki mesin airnya sendiri, ini tidak dihitung terhadap PDB.

        PDB diukur dalam dolar, bukan dalam jumlah barang-barang yang diproduksi. jika kita menganalisis pada jumlah barang, maka sebuah negara yang menghasilkan lima juta jarum akan Dianggap sebaik negara yang menghasilkan lima juta mobil.

        Penggunaan nilai dolar dari barang yang diproduksi sebagai pengukur PDB juga mempunyai masalahnya sendiri, yaitu inflasi. Jika dua negara menghasilkan jumlah mobil yang sama, tetapi satu memiliki harga lebih tinggi, maka negara itu akan memiliki PDB nominal yang lebih tinggi, atau PDB tidak disesuaikan dengan inflasi

        Untuk mendapatkan gagasan yang lebih akurat tentang kesehatan ekonomi, para ekonom melihat PDB riil, yang disesuaikan dengan inflasi.

        Jadi bagaimana PDB riil Yunani menjelaskan perekonomiannya? pada 2013, PDB riil Yunani adalah sekitar 242 miliar dolar, pada 2012 PDB riil 250 miliar dolar, pada 2011 288 miliar, dan pada 2010 300 miliar. Sebenarnya dimulai pada 2008, Yunani telah mengalami penurunan PDB selama enam tahun, dan data mengungkapkan bahwa resesi ini dalam dan berkepanjangan sama dengan The Great Depression di Amerika Serikat pada 1930-an.

         Banyak orang menggunakan istilah resesi secara tidak benar. Resesi bukan hanya ketika ekonomi sedang buruk, namun resesi adalah ketika terjadi penurunan PDB riil pada dua kuartal berturut-turut atau enam bulan.

         Di sisi lain, Depresi tidak memiliki definisi teknis, tetapi depresi dapat diartikan sebagai resesi yang parah, atau  ketika ekonomi benar-benar sangat buruk.

        Perlu dicatat bahwa PDB dapat sedikit bermasalah karena tidak semua negara mengukur PDB dengan cara yang sama, dan dalam beberapa tahun terakhir beberapa negara Uni Eropa telah mulai bereksperimen dengan menghitung pula pasar gelap, seperti perdagangan seks dan perdagangan narkoba sebagai bagian dari total PDB.

         Menurut Robert froyen, selama Great Depression, keputusan ekonomi dibuat "berdasarkan data samar seperti indeks harga saham, muatan mobil angkut, dan indeks produksi industri yang tidak lengkap. Faktanya adalah bahwa pengukuran komprehensif dari pendapatan dan output nasional tidak ada dilakukan pada saat itu. Karena terjadinya depresi itu, peran pemerintah tumbuh dalam ekonomi, menekankan perlunya pengukuran yang mengarah pada pengembangan satu set penjelasan yang komprehensif terhadap pendapatan nasional.

        Jadi PDB diciptakan untuk menghitung pendapatan nasional. PDB mungkin belum dapat memberikan gambaran lengkap tentang ekonomi suatu negara, tetapi untuk saat ini itulah yang dapat kita gunakan.

Pengangguran


        Tujuan utama kebijakan pengangguran adalah membatasi pengangguran, dan itu diukur dengan Unemployment Rate (tingkat pengangguran).

        Tingkat pengangguran (Unemployment Rate) dihitung dengan cara, jumlah orang yang menganggur dibagi dengan jumlah orang dalam angkatan kerja, dikali 100. Persentase ini mewakili jumlah orang yang secara aktif mencari pekerjaan tetapi tidak mendapatkannya.

        Angkatan kerja hanya mencakup orang-orang yang dalam usia kerja legal dan bekerja atau secara aktif mencari pekerjaan, jadi anak-anak tidak dihitung dan begitu pula orang-orang yang tidak dapat bekerja.
.
        Jadi bagaimana dengan seseorang yang sedang mencari pekerjaan tetapi menyerah saja? Mereka bukan lagi bagian dari angkatan kerja, dan mereka tidak lagi dianggap menganggur. Ini disebut pekerja yang putus asa (discourage workers).

        Tingkat pengangguran juga tidak memperhitungkan orang-orang yang underemployed. Seorang pekerja dengan pekerjaan paruh waktu lima jam seminggu dianggap fully employed bahkan jika mereka sedang mencari pekerjaan yang lebih baik.

        Dalam kedua kasus ini, tingkat pengangguran (Unemployment Rate) meremehkan masalah di pasar tenaga kerja. Kesalahpahaman umum adalah bahwa tujuan kebijakan ekonomi adalah untuk membuat pengangguran menjadi 0%, tetapi ternyata ada jenis pengangguran yang tetap akan ada walaupun ketika ekonomi sedang kuat.

       Para ekonom mengemukakan bahwa ada tiga jenis pengangguran, atau tiga alasan mengapa orang akan menganggur.

1. Pengangguran friksional
        inilah saat orang menganggur sementara atau bekerja tak tentu. Jadi jika Anda berhenti dari pekerjaan dan mencari pekerjaan baru, atau jika Anda baru saja memasuki angkatan kerja, maka Anda adalah pengangguran friksional.

2. Pengangguran struktural
        Pekerja keluar dari suatu pekerjaan karena tidak ada lowongan untuk jenis pekerjaan tertentu, ini termasuk pengangguran dalam bidang teknologi dimana pekerja digantikan oleh mesin.

3. Pengangguran siklus
        Pengangguran siklus adalah pengangguran karena resesi. Yaitu kondisi ketika orang berhenti membelanjakan uang mereka, maka bisnis yang kekurangan penjualan harus memberhentikan pegawai-pegawainya dan karena pegawai-pegawai ini kehilangan pekerjaan, mereka telah kehilangan pendapatan, sehingga mereka pun berhenti membelanjakan uangnya, yang akan mengakibatkan lebih banyak orang akan kehilangan pekerjaan.

        Pengangguran friksional dan pengangguran struktural akan selalu ada. Tujuan kebijakan ekonomi bukan untuk  memiliki 0% pengangguran. Mustahil untuk tingkat pengangguran berada pada 0%, kita akan selalu memiliki pekerja serabutan atau orang yang dipecat karena digantikan oleh mesin. Jadi tujuan kebijakan pengangguran adalah untuk mencegah munculnya pengangguran siklus.

        Suatu ekonomi dianggap berada pada full employment ketika hanya ada pengangguran friksional dan struktural. Tni disebut tingkat pengangguran alami. Tingkat alami ini di setiap negara.

        Tingkat pertumbuhan PDB dan tingkat pengangguran berhubungan terbalik. Artinya ketika PDB meningkat, tingkat pengangguran menurun. Ketika PDB menurun, tingkat pengangguran meningkat.

        Itulah yang terjadi di Amerika Serikat selama masa The Great Depression. Pada tahun 1930 kekeringan, kegagalan bank, dan kebijakan kontraproduktif menyebabkan PDB turun, dan tingkat pengangguran memuncak pada 25%.


Mempertahankan kestabilan harga

        Kita mungkin akan menyukai apabila barang yang kita beli semakin murah. Namun penurunan harga bukanlah hal yang baik.

        Selama tahun 1930-an, tingkat inflasi di Amerika Serikat adalah -10%, Bagaimana mungkin murahnya harga barang dapat berdampak buruk bagi perekonomian?

        Tujuan ekonomi adalah untuk menjaga harga tetap stabil, terutama untuk menghindari inflasi yang cepat atau kenaikan harga, tetapi kita juga ingin menghindari deflasi yang berlebihan, yaitu penurunan harga.

        Inflasi yang terlalu tinggi dapat berakibat buruk karena mengurangi daya beli yang dimiliki oleh uang. Artinya kita dapat membeli lebih sedikit barang dengan jumlah uang yang sama. Hal ini memiliki banyak pengaruh negatif terhadap perekonomian. Misalnya, kenaikan biaya bisnis karena pegawai menuntut upah yang lebih tinggi. Dan tingkat suku bunga meningkat, sehingga lebih sulit bagi masyarakat untuk mendapat pinjaman/kredit, sehingga orang membeli lebih sedikit mobil dan rumah.

        Di sisi lain, deflasi mungkin terlihat seperti hal yang baik, tetapi kebanyakan ekonom melihat penurunan harga sebagai hal yang buruk. Terjadinya penurunan harga dapat mencegah orang untuk berbelanja, karena mereka mungkin mengharapkan harga akan terus turun di kemudian hari. Berkurangnya pengeluaran dalam ekonomi mengakibatkan PDB menurun dan pengangguran akan meningkat.

        Resesi yang parah sering disertai dengan adanya Deflasi yang disebabkan permintaan barang dan jasa menurun. Sebaliknya, ketika ekonomi mulai membaik, akan selalu diiringi oleh kenaikan harga.

       Sepanjang sejarah, ekonomi telah berkembang dan berkontraksi. Hal ini disebut sebagai siklus bisnis.

        Jika kita membayangkan ekonomi sebagai sebuah mobil, maka GDP, lapangan kerja, dan inflasi adalah pengukur kecepatannya. Sebuah mobil dapat melaju dengan kecepatan 65 mil per jam tanpa membuat mesinnya kepanasan. Misalnya, tingkat kecepatan laju yang aman adalah kondisi saat full employment, dimana pengangguran rendah, dan harga stabil.

        Namun jika kita mengendarai mobil itu terlalu cepat dalam waktu yang lama, maka mesin akan jadi terlalu panas. Dalam perekonomian, pengeluaran yang signifikan meningkatkan PDB menyebabkan ekspansi, pengangguran turun dan pabrik mulai berproduksi pada kapasitas penuh untuk mengimbangi permintaan. karena jumlah produk yang dapat diproduksi terbatas, orang-orang mulai menawar satu sama lain, kemudian menghasilkan inflasi. akhirnya biaya produksi meningkat karena pekerja menuntut upah yang lebih tinggi dan ekonomi mulai melambat. bisnis akan memberhentikan beberapa pegawainya, para pekerja yang menganggur ini akan membelanjakan uangnya lebih sedikit yang menyebabkan bisnis yang menghasilkan barang yang mereka beli akan memberhentikan lebih banyak pegawai.

        Inilah yang disebut kontraksi. Ekonomi berjalan terlalu lambat. Hingga akhirnya semua menjadi stabil, biaya produksi turun karena sumber daya tidak digunakan, dan ekonomi mulai berkembang lagi. proses ini disebut siklus bisnis.

        Untuk memahami mengapa fluktuasi ini dapat terjadi, mari kita ambil analogi mobil ini sedikit lebih jauh dan dengan memperhatikan mesin mobilnya. Seperti halnya mesin empat silinder yang menggerakkan mobil, ekonomi memiliki empat komponen yang membentuk PDB. Masing-masing komponen ini mewakili kelompok berbeda yang dapat membeli barang-barang dalam perekonomian. Komponen-komponen tersebut yaitu:
1. pengeluaran konsumen
2. pengeluaran bisnis yang disebut investasi
3. pengeluaran pemerintah
4. ekspor bersih yang pada dasarnya merupakan pengeluaran oleh negara lain.

        Jika salah satu dari komponen ini kehilangan kekuatan, maka ekonomi akan melambat. Tidak semua dari keempat komponen ini sama pentingnya. Sebagian besar ekonomi suatu negara sangat bergantung pada pengeluaran konsumen. Misalnya, di Amerika Serikat, konsumen menyumbang sekitar 70% dari PDB, tetapi negara lain mungkin lebih bergantung pada ekspor. Intinya adalah, perubahan pada empat komponen ini dapat mengubah kecepatan pertumbuhan ekonomi.

         Para ekonom berpikir bahwa pemerintah harus berperan dalam mempercepat atau memperlambat laju ekonomi. Misalnya, ketika ada resesi, pemerintah dapat meningkatkan pengeluaran atau memotong pajak sehingga konsumen memiliki lebih banyak uang untuk dibelanjakan. Pendukung kebijakan ini berpendapat bahwa hal ini akan membuat ekonomi kembali ke kondisi full employment, tetapi cara ini memiliki kelemahan, yaitu adanya utang, yang dibenci sebagian ekonom, sementara sebagian ekonom lain berpendapat bahwa hal ini bukan merupakan kelemahan sama sekali.


Pustaka
https://www.youtube.com/watch?v=d8uTB5XorBw

Comments

Post Page Ad

mid ad

Bottom Ad