Kota
Mataram berada di atas tanah yang subur sehingga tanaman pertanian di wilayah
ini tumbuh dengan subur. Luas lahan Kota Mataram yang digunakan untuk pertanian
hanya 46 persen yaitu 2.880 Ha. Produksi padi di Kota Mataram mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Peningktaan produksi ini didukung oleh program
intensifikasi padi sehingga waktu panen lebih pendek sehingga luas lahan panen
meningkat.
Komoditi
tanaman pangan yang lain berbeda dengan padi, pada umumnya pada tahun 2012
mengalami penurunan produksi bahkan tidak ada nilai produksinya. Untuk tanaman
kedelai nilainya turun dari 1040 ton tahun 2010 menjadi 200 ton di 2012.
Kondisi ini berbanding lurus dengan luas lahan tnaman kedelai tip tahunnya,
dari tahun 2010 sampai 2011 luas panen tanaman kedelai selalu turun dari 968
hektar di 2010 menjadi 379 hektar di 2012. Untuk produksi jagung di Kota
Mataram tahun 2012 tidak ada, pada tahun 2011 produksi jagung hanya mencapai 9
ton dengan luas panen 2 hektar.
1. Rumah Tangga Usaha Pertanian
Rumah
tangga usaha pertanian adalah rumah tangga dengan kepala keluarga sebagai
petani pengguna lahan pertanian. Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kota
Mataram mengalami penurunan yang derastis dari 14.464 pada tahun 2003 menjadi 5.719 atau dalam 10 tahun mengalami
penurunan 60,46 persen (BPS Kota Mataram, 2013).
Seiring
dengan perubahan jumlah rumah tangga usaha pertanian di atas terungkap pula
bahwa jumlah rumah tangga usaha pertanian pengguna lahan juga mengalami
penurunan dari 13.286 pada tahun 2003 menjadi 4.847 atau berkurang sebanyak
63,44 persen. Demikian pula jumlah rumah
tangga petani gurem mengalami penurunan dari 11.860 menjadi 3.760 pada tahun
yang sama atau menurun 68,30 persen.
Yang
paling menarik adalah luas penguasaan lahan pertanian di Kota Mataram yang
relatif sempit. Dari keseluruhan rumah tangga pertanian pengguna lahan,
sebagian besar diantaranya adalah rumah tangga petani gurem sebesar 77,57
persen, berarti rumah tangga dengan penguasaan lahan pertanian di atas 0,5
hektar sekitar 22,43 persen dari 4.847 rumah tangga (BPS Kota Mataram, 2014).
2. Lapangan
Usaha
Perubahan
jumlah rumah tangga usaha pertanian dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2013
mengindikasikan adanya transformasi lapangan usaha dari pertanian ke non
pertanian. Terbatasnya lahan pertanian di Kota Mataram mendorong angkatan kerja
dan penduduk usia kerja mendapatkan lapangan usaha di luar sektor pertanian
seperti industri, perdagangan dan jasa. Badan Pusat Statistik (BPS) Kota
Mataram melaporkan bahwa sebagian besar angkatan kerja di Kota Mataram beralih
kerja ke sektor industri dan lapangan usaha lainnya. Sebagian besar persentase
penduduk bekerja di sektor perdagangan dan jasa masing-masing 49,69 persen dan
31,12 persen pada tahun 2012 dan menjadi 40,03 persen dan 26,10 persen pada
tahun 2013 (BPS Kota Mataram, 2015).
3. Kebutuhan
Pangan Penduduk
Setiap penduduk membutuhkan pangan.
Kebutuhan pangan atau permintaan pangan merupakan hasil perkalian jumlah
penduduk dengan kebutuhan pangan/kapita. Berikut ini ditampilkan permintaan
pangan penduduk kota Mataram, maka permintaan padi meningkat sebanding dengan
peningkatan jumlah penduduk.
Tabel 2. Produksi dan Kebutuhan Pangan Beras Lokal Kota Mataram Tahun 2009 s.d. 2014.
No
|
Tahun
|
Produksi
Padi
|
Permintaan
Pangan Padi Lokal/Kapita1)
|
Kebutuhan Pangan Padi2)
|
|
|
(ton)
|
(kg)
|
(kg)
|
||
1
|
2009
|
22.859
|
185,4
|
69.618.812,4
|
|
2
|
2010
|
24.236
|
184, 2
|
74.203.680,6
|
|
3
|
2011
|
27.217
|
181,7
|
73.935.547
|
|
4
|
2012
|
27.328
|
181,7
|
75.080.257
|
|
5
|
2013
|
30.873
|
180,8
|
75.871.092,8
|
|
6
|
2014
|
30.960
|
180,8
|
79.744.371,2
|
Sumber:
Diolah dari Kota Mataram Dalam Angka, 2015.
1) Dikonversi
dari produksi beras ke padi dengan angka konversi 0,65
2) Dihitung dengan mengalikan jumlah penduduk dengan
permintaan pangan padi/kapita.
Comments
Post a Comment