Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Makro
Disusun Oleh :
1.
WAHYUDIANTO MATANARI 1332153
2.
JOYLI TIMBUL M. T. MALAU 1332138
3.
ONEDEC SAMUEL B. SIHOTANG 1332021
4.
JOEL SAGALA 1332095
5.
ALPRI SAGALA 1331002
JURUSAN
AKUNTANSI
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
ADVENT INDONESIA
BANDUNG
2014
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang
Maha Esa karena berkat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Dalam makalah kami ini kami akan mencoba menguraikan tentang Inflasi dan
pengangguran. Inflasi dan pengangguran adalah masalah terbesar dalam
perekonomian saat ini. Kami akan membahasnya secara rinci.
Semoga
makalah ini dapat membantu kita semua untuk mengerti tentang inflasi dan
pengangguran. Meskipun demikian, kami menyadari akan kelemahan dan
kekurangnnya. Oleh sebab itu, segala kritik dan saran yang membangun akan
diterima dengan ucapan terima kasih demi perbaikan makalah ini.
Penyusun
penulis
Daftar isi
Cover
Kata Pengantar…………………………………………...…….ii
Daftar isi……………..……………………………………………iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………4
B. Rumuskan Masalah………………………………….4
C. Tujuan…………………………………………………….4
BAB II
PEMBAHASAN
A.
INFLASI……………………………………………….……..5
B. PENGANGGURAN………………………..…….…….…12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………….…20
B. Saran……………………………………………………..21
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dua
indikator kinerja perekonomian yang terus-menerus diamati adalah inflasi dan
pengangguran. Bagaimana kedua ukuran kinerja perekonomian ini dapat saling
berkaitan? Kita melihat bahwa tingkat pengangguran alamiah bergantung
pada berbagai ciri pasar tenaga kerja, seperti peraturan upah minimum,
kekuasaan pasar serikat pekerja, peranan upah efisiensi dan seberapa efektifnya
proses pencarian kerja. Sebaliknya tingkat inflasi terutama sekali bergantung
pada jumlah uang yang beredar yang dikendalikan oleh bank sentral, oleh sebab
itu, pada jangka panjang, inflasi dan pengangguran secara garis besar bukanlah
dua masalah yang saling berkaitan.
Seperti yang kita ketahui sebelumnya
bahwa kebijakan moneter dan kebijakan fiskal dapat menggeser kurva permintaan
agregat. Oleh sebab itu, kebijakan moneter dan fiskal dapat memindahkan
perekonomian sepanjang kurva phillips. Kenaikan jumlah uang yang beredar,
peningkatan pengeluaran pemerintah atau pemotongan pajak meningkatkan
permintaan agregat dan memindahkan perekonomian ke suatu titik pada kurva
phillips dengan tingkat pengangguran yang lebih rendah dan inflasi yang lebih
tinggi. Dan begitu juga sebaliknya. Dengan pemahaman ini kurva phillips
menawarkan pilihan-pilihan kombinasi antara inflasi dan penangguran kepada para
pembuat kebijakan (Mankiw, 2006:364).
B.
Rumusan
Masalah
Dalam pembahasan materi mengenai
“Inflasi dan Pengangguran” kami mengangkat rumusan masalah yaitu:
a.
Bagaimana konsep dan pengaruh inflasi, deflasi dan stagflasi?
b.
Bagaimana hubungan antara tingkat harga dan pengangguran?
C. Tujuan
Tujuan
dalam makalah ini adalah ingin mengetahui tentang konsep dan pengaruh inflasi,
deflasi dan staglasi serta hubungan antara tingkat harga dan pengangguran.
BAB II
PEMBAHASAN
INFLASI
Pengertian Inflasi
Inflasi
adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus-menerus. Sedangkan
kebalikan dari inflasi adalah deflasi, yaitu penurunan harga secara terus
menerus, akibatnya daya beli masyarakat bertambah besar, sehingga pada tahap
awal barang-barang menjadi langka, akan tetapi pada tahap berikutnya jumlah
barang akan semakin banyak karena semakin berkurangnya daya beli masyarakat.
Sedangkan lawan dari inflasi adalah deflasi, yaitu manakala harga-harga secara
umum turun dari periode sebelumnya (nilai inflasi minus). Akibat dari inflasi
secara umum adalah menurunnya daya beli masyarakat karena secara riil tingkat
pendapatannya juga menurun. Jadi, misalkan besarnya inflasi pada tahun yang
bersangkutan naik sebesar 5%, sementara pendapatan tetap, maka itu berarti
secara riil pendapatan mengalami penurunan sebesar 5% yang akibatnya relatif
akan menurunkan daya beli sebesar 5% juga.
Tujuan
jangka panjang pemerintah adalah menjaga agar tingkat inflasi yang berlaku
berada pada tingkat yang sangat rendah. Tingkat inflasi nol persen bukanlah
tujuan utama kebijakan pemerintah karena ia adalah sukar untuk dicapai. Yang
paling penting untuk diusahakan adalah menjaga agar tingkat inflasi tetap
rendah. Adakalanya tingkat inflasi meningkat dengan tiba-tiba atau wujud
sebagai akibat suatu peristiwa tertentu yang berlaku di luar ekspektasi
pemerintah, misalnya efek dari pengurangan nilai uang (depresiasi nilai uang)
yang sangat besar atau ketidakstabilan politik. Menghadapi masalah inflasi yang
bertambah cepat ini pemerintah akan menyusun langkah-langkah yang bertujuan
agar kestabilan harga-harga dapat diwujudkan kembali.
Berdasarkan sifatnya inflasi dibagi
menjadi 3 kategori utama, yaitu sebagai berikut:
• Inflasi merayap/rendah (creeping inflation), yaitu inflasi yang besarnya kurang dari 10% pertahun
• Inflasi menengah (galloping inflation) besarnya antara 10 – 30% pertahun.
Inflasi ini biasanya ditandai oleh naiknya harga-harga secara cepat dan relatif
besar. Angka inflasi pada kondisi ini biasanya disebut inflasi 2 digit,
misalnya 15%, 20%, 30%, dan sebagainya.
• Inflasi berat (high inflation), yaitu inflasi yang besarnya antara 30
– 100% pertahun. Dalam kondisi ini harga-harga secara umum naik.
• Inflasi sangat tinggi (hyper
inflation), yaitu inflasi yang ditandai oleh naiknya harga secara drastic
hingga mencapai 4 digit (di atas 100%). Pada kondisi ini masyarakat tidak ingin
lagi menyimpan uang, karena nilainya merosot sangat tajam, sehingga lebih baik
ditukarkan dengan barang.
B. Berdasarkan
Sebabnya
• Demand Pull Inflation.
Inflasi ini timbul karena adanya permintaan keseluruhan yang tinggi di satu
pihak, di pihak lain kondisi produksi telah mencapai kesempatan kerja penuh
(full employment), akibatnya adalah sesuai dengan hokum permintaan, bila
permintaan banyak sementara penawaran tetap, maka harga akan naik. Dan bila hal
ini berlangsung secara terus-menerus akan mengakibatkan inflasi yang
berkepanjangan. Oleh karena itu, untuk mengatasinya diperlukan adanya pembukaan
kapasitas produksi baru dengan penambahan tenaga kerja baru.
• Cost Push Inflation. Inflasi ini disebabkan turunnya produksi karena
naiknya biaya produksi (naiknya biaya produksi dapat terjadi karena tidak
efisiennya perusahaan, nilai kurs mata uang negara yang bersangkutan
jatuh/menurun, kenaikan harga bahan baku industri, adanya tuntutan kenaikan
upah dari serikat buruh yang kuat dan sebagainya). Akibat naiknya biaya
produksi, maka dua hal yang bisa dilakukan oleh produsen, yaitu: pertama,
langsung menaikkan harga produknya dengan jumlah penawaran yang sama, atau
harga produknya naik (karena tarik menarik permintaan dan penawaran) karena
penurunan jumlah produksi.
C. Berdasarkan
Asalnya
Berdasarkan
asalnya inflasi dibagi menjadi dua, yaitu pertama inflasi yang berasal dari
dalam negeri (domestic inflation) yang timbul karena terjadinya defisit dalam
pembiayaan dan belanja negara yang terlihat pada anggaran belanja negara.
Untuk
mengatasinya biasanya pemerintah mencetak uang baru. Selain itu harga-harga
naik dikarenakan musim paceklik (gagal panen), bencana alam yang berkepanjangan
dan sebagainya. Kedua inflasi yang berasal dari luar begeri.
Karena negara-negara yang menjadi
mitra dagang suatu negara mengalami inflasi yang tinggi, dapatlah diketahui
bahwa harga-harga dan juga ongkos produksi relatif mahal, sehingga bila
terpaksa negara lain harus mengimpor barang tersebut maka harga jualnya di
dalam negeri tentu saja bertambah mahal.
Metode Pengukuran Inflasi
Suatu kenaikan harga dalam inflasi dapat diukur dengan menggunakan indeks
harga. Ada beberapa indeks harga yang dapat digunakan untuk mengukur laju
inflasi (Nopirin,1987:25) antara lain:
Indeks yang digunakan untuk mengukur biaya atau pengeluaran rumah tangga dalam
membeli sejumlah barang bagi keperluan kebuthan hidup:
CPI= (Cost of marketbasket ingiven
year : Cost of marketbasket in base year) x 100%
b) Produsen PriceIndex dikenal
dengan Whosale Price Index
Index yang lebih menitikberatkan pada perdagangan besar seperti harga bahan
mentah (raw material), bahan baku atau barang setengah jadi. Indeks PPI ini
sejalan dengan indeks CPI.
c) GNP Deflator
GNP deflator ini merupakan jenis indeks yang berbeda dengan indeks CPI dan PPI,
dimana indeks ini mencangkup jumlah barang dan jasa yang termasuk dalam
hitungan GNP, sehingga jumlahnya lebih banyak dibanding dengan kedua indeks
diatas:
GNP Deflator = (GNP Nominal : GNP
Riil) x 100%
Definisi Inflasi
Merayap dan Hiperinflasi
Inflasi
merayap adalah proses kenaikan harga-harga yang lambat jalannya. Yang
digolongkan kepada inflasi ini adalah kenaikan harga-harga yang tingkatnya
tidak melebihi dua atau tiga persen setahun. Malaysia dan Singapura adalah dua
dari negara-negara yang tingkat inflasinya dapat digolongkan sebagai inflasi
merayap
Hiperinflasi
adalah proses kenaikan harga-harga yang sangat cepat, yang menyebabkan tingkat
harga menjadi dua atau beberapa kali lipat dalam masa yang singkat. Di
Indonseia, sebagai contoh, pada tahun 1965 tingkat inflasi adalah 500 persen
dan pada tahun 1966 ia telah mencapai 650 persen. Ini berarti tingkat
harga-harga naik 5 kali lipat pada tahun 1965 dan 6,5 kali lipat dalam tahun
1966.
Di
negara-negara berkembang adakalanya tingkat inflasi tidak mudah dikendalikan.
Negara-negara tersebut tidak menghadapi masalah hiperinflasi, akan tetapi juga
tidak mampu menurunkan inflasi pada tingkat yang sangat rendah. Secara
rata-rata di sebagian negara tingkat inflasi mencapai di antara 5 hingga 10
persen. Inflasi dengan tingkat yang seperti itu digolongkan sebagai inflasi
rendah atau moderate inflation.
Dampak dari inflasi
Inflasi umumnya
memberikan dampak yang kurang menguntungkan dalam perekonomian, akan tetapi
sebagaimana dalam salah satu prinsip ekonomi bahwa dalam jangka pendek ada trade
off antara inflasi dan pengangguran menunjukkan bahwa inflasi dapat
menurunkan tinhgkat pengangguran, atau inflasi dapat dijadikan salah satu cara
untuk menyeimbangkan perekonomian Negara, dan lain sebagainya. Secara khusus
dapat diketahui beberapa dampak baik negatif maupun positif dari inflasi adalah
sebagai berikut.
DAMPAK NEGATIF
1. Bila harga
secara umum naik terus-menerus maka masyarakat akan panik, sehingga
perekonomian tidak berjalan normal, karena disatu sisi ada masyarakat yang
berlebihan uang memborong sementara yang kekurangan uang tidak bisa membeli
barang akibatnya negara rentan terhadap segala macam kekacauan yang
ditimbulkannya.
2. Sebagai akibat
dari kepanikan tersebut maka masyarakat cenderung untuk menarik tabungan guna
membeli dan menumpuk barang sehingga banyak bank di rush akibatnya bank
kekurangan dana berdampak pada tutup (bangkrut ) atau rendahnya dana investasi
yang tersedia.
3. Produsen
cenderung memanfaatkan kesempatan kenaikan harga untuk memperbesar keuntungan
dengan cara mempermainkan harga di pasaran.
4. Distribusi
barang relative tidak adil karena adanya penumpukan dan konsentrasi produk pada
daerah yang masyarakatnya dekat dengan sumber produksi dan yang masyarakatnya
memiliki banyak uang.
5. Bila inflasi
berkepanjanagn produsen banyak yang bangkrut karena produknya relatif akan
semakin mahal sehingga tidak ada yang mampu membeli.
6. Jurang antara
kemiskinan dan kekayaan masyarakat semakin nyata yang mengarah pada sentimen
dan kecemburuan ekonomi yang dapat berakhir pada penjarahan dan perampasan.
DAMPAK POSITIF
- Masyarakat akan semakin selektif dalam mengkonsumsi, produksi akan diusahakan seefisien mungkin dan konsumtifme dapat ditekan.
- . Inflasi yang berkepanjangan dapat menumbuhkan industri kecil dalam negeri menjadi semakin dipercaya dan tangguh.
- Tingkat pengangguran cenderung akan menurun karena masyarakat akan tergerak untuk melakukan kegiatan produksi dengan cara mendirikan atau membuka usaha.
Inflasi dan Perkembangan Ekonomi
Kenaikan harga – harga menimbulkan efek yang buruk pula ke atas perdagangan.
Kenaikan harga menyebabkan barang – barang negara itu tidak dapat bersaing di
pasaran internasional. Maka ekspor menurun. Sebaliknya, harga – harga produksi
dalam negeri yang semakin tinggi sebagai akibat inflasi menyebabkan barang –
barang impor menjadi relatif murah. Maka lebih banyak impor akan di lakukan.
Ekspor yang menurun dan diikuti pula oleh impor yang bertambah menyebabkan
ketidakseimbangan dalam aliran mata uang asing. Kedudukan neraca pembayaran
akan memburuk.
Inflasi dan Kemakmuran Masyarakat
Di samping menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan ekonomi negara, inflasi juga
akan menimbulkan efek – efek yang berikut kepada individu masyarakat :
Inflasi akan menurunkan pendapatan rill orang – orang yang
berpendapatan tetap. Pada umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan harga
– harga. Maka inflasi akan menurunkan upah rill individu – individu yang
berpendapatan tetap.
Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang. Sebagian kekayaan
masyarakat disimpan dalam bentuk uang. Simpanan di bank, simpanan tunai, dan
simpanan dalam institusi – istitusi keuangan lain merupakan simpanan keuangan.
Nilai rillnya akan menurun apabila inflasi berlaku.
Memperburuk pembagian kekayaan. Telah ditunjukan bahwa penerima pendapatan
tetap akan menghadapi kemerosotan dalam nilai rill pendapatannya, dan pemilik
kekayaan bersifat keuangan mengalami penurunan dalam nilai rill kekayaannya.
Akan tetapi pemilik harta – harta tetap (tanah), bangunan dan (rumah) dapat
mempertahankan atau menambah nilai rill kekayaannya. Ajuga sebagai
penjual/pedagang dapat mempertahankan nilai rill pendapatannya. Dengan demikian
inflasi menyebabkan pembagian pendapatan di antara golongan berpendapatan tetap
dengan pemilik – pemilik harta tetap dan penjual/pedagang akan menjai semakin
tidak merata.
Cara mencegah
inflasi
a)
Kebijakan Moneter
Sasaran kebijakan moneter dicapai
melalui pengaturan jumlah uang beredar. Bank Sentral dapat mengatur uang giral
melalui peralatan moneter yaitu :
(1) Pelaksanaan Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation) dimana
pengendalian jumlah uang beredar oleh Bank Sentral dengan cara menjual atau
membeli surat-surat berharga. Untuk meningkatkan jumlah uang beredar,
Bank Sentral menjual surat-surat berharga. Sedangkan untuk menurunkan jumlah
uang beredar, Bank Sentral membeli surat-surat berharga ;
(2) Penetapan Tingkat
Diskonto (Discount Rate Policy) yang
merupakan tingkat bunga yang ditetapkan Bank Sentral sebagai pinjaman yang
diberikan kepada Bank Umum;
(3) Penetapan Rasio Cadangan Wajib
Minimum (Reserve Requirement) yaitu
proporsi cadangan minimum yang harus dipegang Bank umum atas simpanan
masyarakat yang dimiliki. Untuk menekan laju inflasi cadangan minimum ini dinaikkan
sehingga jumlah uang menjadi lebih kecil.
b)
Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal menyangkut
pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta perpajakan yang secara langsung
dapat mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian akan mempengaruhi
harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permintaan total. Kebijakan
fiskal yang berupa pengurangan pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan
dapat mengurangi permintaan total, sehingga inflasi dapat ditekan.
c) Kebijakan yang
Berkaitan dengan Output
Kenaikan output dapat memperkecil laju
inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai misalnya dengan kebijaksanaan
penurunan bea masuk sehingga impor cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah
barang dalam negeri cenderung menurunkan harga.
d) Kebijakan
Penentuan Harga dan Indexing
Ini dilakukan dengan penentuan harga,
serta didasarkan pada indeks harga tertentu untuk gaji ataupun upah (gaji/upah
secara riil tetap). Kalau indeks harga naik,gaji atu upah juga dinaikkan.
PENGANGGURAN
Pengangguran
atau orang yang menganggur adalah mereka yang tidak mempunyai pekerjaan dan
sedang tidak aktif mencari pekerjaan. Kategori orang yang menganggur biasanya
adalah mereka yang tidak memiliki pekerjaan pada usia kerja dan masanya kerja.
Usia kerja biasanya adalha usia yang tidak dalam masa sekolah tetapi di atas
usia anak-anak (relatif di atas 6 – 18 tahun, yaitu masa pendidikan dari SD –
tamat SMU). Sedangkan di atas usia 18, namun masih sekolah dapatlah
dikategorikan sebagai penganggur, meski untuk hal ini masih banyak yang
memperdebatkannya.
Pengangguran
pada dasarnya tidak bisa dihilangkan sepenuhnya, karena bagaimanapun baik dan
hebatnya kemampuan suatu bangsa dalam menangani perekonomiannya, tetap saja
pengangguran itu ada. Akan tetapi mashab klasik dengan salah satu teorinya yang
terkenal sebagai hukum “Say” dari Jean Baptiste Say yang mengatakan bahwa
“Supply creats its own demand” atau penawaran menciptakan permintaannya sendiri
menjelaskan bahwa bila ini benar terjadi, maka pengangguran tidak aka nada, dan
bila pun ada tidak akan berlangsung lama, karena akan pulih kembali. Cara
kerjanya sederhana, bahwa apabila produsen menghasilkan barang dalam jumlah
tertentu maka akan segera habis dikonsumsi masyarakat. Pada saat yang sama
misalkan terdapat para pencari kerja, oleh karena produsen akan lebih baik
menghasilkan barang dalam jumlah banyak untuk memperbesar keuntungan tanpa
takut risiko gagal dalam penjualan, maka semua pencari kerja itu akan terserap
untuk mengisi lowongan baru yang disediakan oleh produsen / perusahaan, dan ini
berlangsung terus. Akan tetapi pada kenyataannya tidak satu negara pun di dunia
ini yang bisa menerapkan teori ini, alasannya salah satu asumsi yaitu pasar
persaingan sempurna tidak akan bisa dan tidak akan pernah terjadi, dikarenakan
syaratnya yang tidak mungkin bisa dipenuhi.
Pengangguran
selalu menjadi masalah, bukan saja karena pengangguran berarti pemborosan dana.
Akan tetapi, juga memberikan dampak social yang tidak baik misalkan akan
semakin meningkatnya tindakan kriminal dan pelanggaran moral. Akan tetapi, di
sisi lain pengangguran atau menganggur umumnya dilakukan dengan suka rela, baik
karena memilih pekerjaan, menunggur pekerjaan yang sesuai, keluar dari
pekerjaan lama untuk mencari pekerjaan baru karena alasan jenuh, bosan atau
tidak cocok dengan pekerjaan dan perusahaan, dan berbagai macam alasan lainnya.
Bedasarkan
penyebab terjadinya :
- Pengangguran friksional : sifatnya sementara
disebabkan oleh kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara
pelamar dengan pembuka lamaran pekerjaan. Ini terjadi karena pelamar kerja
tidak mampu memenuhi syarat yang dibutuhkan oleh pembuka lamaran kerja.
- Pengangguran konjungtural : pengangguran yang disebabkan
oleh naik turunnya siklus ekonomi.
- Pengangguran struktural : pengangguran yang
diakibatkan oleh perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka
panjang.
- Pengangguran musiman : keadaan menganggur yang
disebabkan oleh fluktuasi ekonomi jangka pendek yang menyebabkan tenaga
kerja untuk menganggur.
- Pengangguran siklikal : pengangguran yang menganggur akibat imbas naik
turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah
daripada penawaran kerja.
- Pengangguran teknologi :
pengangguran yang disebabkan adanya perubahan tenaga manusia menjadi
tenaga mesin.
- Pengangguran siklus :
pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan perekonomian karena
terjadi resesi
Berdasarkan
Cirinya :
·
Pengangguran Terbuka : Pengangguran ini
tercipta sebagai akibat pertambahan lowongan pekerjaan yang lebih rendah dari
pertambahan tenaga kerja. Sebagai akibatnya dalam perekonomian semakin banyak
jumlah tenaga kerja yang tidak dapat memperleh pekerjaan. Efek dari keaadaan
ini di dalam suatu jangka masa yang cukup panjang mereka tidak melakukan
sesuatu pekerjaan. Jadi mereka menganggur secara nyata dan sepenuh waktu, dan
oleh karenanya dinamakan pengangguran terbuka.
·
Pengangguran Tersembunyi : Di banyak
negara berkembang, seringkali didapati bahwa jumlah pekerja dalam suatu
kegiatan ekonomi adalah lebih banyak dari yang sebenarnya diperlukan supaya ia
dapat menjalankan kegiatannya dengan efisien. Kelebihan tenaga kerja yang
digunakan digolongkan dalam pengangguran tersembunyi. Contoh –contohnya ialah,
pelayan restoran yang lebih banyak dari yang diperlukan dan kluarga petani
dengan anggota kluarga yang besar yang mengerjakan luas tanah yang sangat
kecil.
·
Pengangguran Bermusim : Pengangguran ini
terutama terdapat di sektor pertanian dan perikanan. Pada musim hujan penyadap
karet dan nelayan tidak dapat melakukan pekerjaan mereka dan terpaksa
menganggur. Pada musim kemarau pula para pesawah tidak dapat mengerjakan
tanahnya. Di samping itu, pada umumnya para pesawah tidak begitu aktif di
antara waktu sesudah menanam dan sudah menuai. Apabila dalam masa di atas
penyadap karet, nelayan dan pesawah tidak melakukan pekerjaan lain maka mereka
terpaksa menganggur. Pengnggur seperti ini digolongkan sebagai pengangguran
bermusim.
·
Setengah Menganggur : Di negara – negara
berkembang penghijrahan atau migrasi dari desa ke kota adalah sangat pesat.
Sebagai akibatnyatidak semua orang yang pindah ke kota dapat memperoleh
pekerjaan dengan mudah. Sebagiannya menjadi penganggur sepenuh waktu. Di
samping itu ada pula yang tidak menganggur, tetapi tidak pula bekerja sepenuh
waktu, dan jam kerja mereka adalah jauh lebihrendah dari yang normal. Mereka
mungkin hnya bekerja satu hingga dua hari seminggu, atau satu hingga empat jam
sehari. Pekerja – pekerja yang mempunyai masa kerja seperti yang dijelaskan ini
digolongkan sebagai setengah menganggur atau dalam bahasa Inggris :
underemployed. Dan jenis penganggurannya dinamakan underemplayment.
Bagi
perekonomian Indonesia :
- Penurunan pendapatan perkapita.
- Penurunan pendapatan pemerintah
yang berasal dari pajak.
- Meningkatnya biaya sosial yang
harus dikeluarkan pemerintah.
Bagi
masyarakat :
- Menjadi beban psikologis dan
psikis.
- Dapat menghilangkan
keterampilan karena tidak pernah dipakai untuk bekerja.
- Menimbulkan ketidakstabilan
sosial dan politik, sperti meningkatnya tindak kriminalitas.
Hubungan Antara Inflasi dan Pengangguran
Arti inflasi
dan pengangguran telah dijelaskan secara singkat di atas, sebagaimana diketahui
bahwa manakala inflasi terlalu tinggi, maka masyarakat cenderung tidak ingin
menyimpan uangnya lagi, tetapi akan diubah dalam bentuk barang, baik barang
yang siap dipakai atau harus melalui proses produksi (membuat rumah misalnya).
Sementara pengangguran adalah orang yang tidak bekerja dan sedang mencari
pekerjaan.
Dalam kondisi tingkat inflasi yang
relatif tinggi, maka secara teoritis para pengangguran akan banyak memperoleh
pekerjaan, bukan saja karena banyak masyarakat membutuhkan tenaganya, tetapi
juga para produsen seharusnya akan memanfaatkan momentum kenaikan harga barang
dengan menambah produksinya yang tentu saja harus membuka kapasitas produksi
baru dan ini tentu memerlukan tenaga kerja baru sampai pada tingkat full
employment.
Sampai
sebegitu jauh agaknya inflasi yang tinggi banyak memberikan dampak yang negatif
daripada positif bagi suatu bangsa dalam perekonomiannya. Alasannya, sederhana
saja karena banyak negara yang mengelola ekonominya tidak efisien, hambatan
investasi, dan masih tergantung sangat besar (baik dari segi kualitas maupun
kuantitas) pada bahan baku impor.
Kenyataannya
inflasi yang relatif tinggi membuat masyarakat hidup berhemat, banyak PHK dan
penurunan jumlah produksi sehingga terjadi kelangkaan barang di pasar, dan ini
justru akan menjadi inflasi yang sudah tinggi menjadi lebih tinggi.
Prof. A. W
Phillips daro London School of Economic, inggris meneliti data dari berbagai
negara mengenai tingkat pengangguran dan inflasi. Secara empiris tanpa didasari
teori yang kuat ditemukan suatu bukti bahwa ada hubungan yang terbalik antara
tingkat inflasi dan pengangguran, dalam arti apabila inflasi naik, maka
pengangguran turun, sebaliknya apabila inflasi turun, maka pengangguran naik.
Secara teori, Lipsey menerangkan
hubungan antara tingkat inflasi dengan pengangguran melalui teori pasar tenaga
kerja. Menurutnya, upah tenaga kerja akan cenderung turun bila pengangguran
relatif banyak, karena banyaknya tingkat pengangguran mencerminkan adanya
kelebihan penawaran tenaga kerja. Sebaliknya upah tenaga kerja naik bila
tingkat pengangguran relatif rendah, karena adanya kelebihan permintaan tenaga
kerja. Namun, meskipun pada suatu kondisi terdapat keseimbangan anatara
permintaan dan penawaran tenaga kerja yang memberikan tingkat upah tertentu,
pengangguran masih saja tetap ada, hal ini dikarenakan informasi yang kurang
keahlian yang tidak sesuai dengan lowongan dan sebagainya. Jadi menurut Lipsey,
sehubungan dengan teori Phillips, penawaran dan permintaan itu menentukan
tingkat upah dan perubahan tingkat upah tergantung dari adanya kelebihan
permintaan tenaga kerja. Dengan demikian, makin besar kelebihan permintaan
tenaga kerja, maka tingkat upah akan semakin besar, ini berarti tingkat
pengangguran akan semakin kecil/rendah. Karena hubungan antara kelebihan
permintaan tenaga kerja sebanding dengan kenaikan upah, maka berarti bila
tingkat upah tinggi maka pengangguran rendah, sebaliknya bila tingkat upah
rendah, maka pengangguran tinggi. Namun, bila dibalik pernyataannya menjadi
bila tingkat pengangguran tinggi, maka upah rendah dan bila pengangguran
rendah, maka upah tinggi. Perlu diingat bahwa asumsi dasar dari teori ini
adalah bahwa bila upah riil sama dengan upah nominal, dimana upah riil adalah
upah nominal dibagi dengan harga yang berlaku.
Yang
menjadi pertanyaan adalah dimanakah hubungan antara tingkat upah dengan inflasi
sehubungan dengan penjelasan teoritis. Lihatlah kembali salah satu penyebab
inflasi yang dijelaskan di atas, yaitu cost push inflation, dimana salah satu
penyebab naiknya harga barang adalah adanya tuntutan kenaikan upah, sehingga
untuk mengatasi biaya produksi dan operasi, maka harga produk dijual dengan
harga relatif mahal dari sebelumnya (artinya manakala upah tinggi, maka tingkat
inflasi tinggi, dan sebaliknya)
Tujuan Bersifat Ekonomi
Tujuan untuk mengatasi pengangguran didasarkan kepada pertimbangan –
pertimbangan yang bersifat ekonomi. Dalam hal ini ada tiga hal pertimbangan
utama : untuk menyediakan lowongan pekerjaan baru, untuk meningkatkan taraf
kemakmuran masyarakat dan memperbaiki kesamarataan pembagian pendapatan.
·
Menyediakan Lowongan Pekerjaan
Dalam jangka panjang usaha mengatasi pengangguran diperlukan karena
jumlah penduduk yang selalu bertambah akan menyebabkan pertambahan tenaga kerja
yang terus menerus. Maka, untuk menghindari masalah pengangguran yang semakin
serius, tambahan lowongwn pwkwrjaan yang cukup perlu disediakan dari tahun ke
tahun.
Dalam jangka pendek pengangguran dapat menjadi bertambah serius, yaitu ketika
berlaku kemunduran atau pertumbuhan ekonomi yang lambat. Dalam masa seperti itu
kesempatan kerja bertambah dengan lambat dan pengangguran meningkat. Menghadapi
keadaan yang seperti ini usaha – usaha pemerintah untuk mengatasi pengangguran
perlu ditingkatkan.
·
Meningkatkan Taraf Kemakmuran
Masyarakat
Kenaikan kesempatan kerja dan penganguran sangat berhubungan dengan
pendapatn nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat. Kenaikan kesempatan kerja
menambah produksi nasional dan pendapatan nasional. Ukuran kasar dari
kemakmuran masyarakat adalah pendapatan per kapita yang diperoleh dengan cara
membagikan pendapatan nasional dengan jumlah penduduk. Dengan demikian
kesempatan kerja yang semakin meningkat dan pengangguran yang semakin berkuran
bukan saja menambah pendapatan nasional tetapi juga meningkatkan pendapatan per
kapita. Melalui perubahan ini kemakmuran masyarakat akan bertambah.
·
Memperbaiki Pembagian
Pendapatan
Pengangguran yang semakin tinggi manimbulkan efek yang buruk kepada
kesamarataan pembagian pendapatan. Pekerja yang menganggur tidak memperoleh
pendapatan. Maka semakin besar pengangguran, semakin banyak golongan tenaga
kerja yang tidak mempunyai pendapatan. Seterusnya penganggran yang terlalu
besar cenderung untuk mengekalkan atau menurunkan upah golongan berpendapatan
rendah. Sebaliknya, pada kesempatan kerja yang tinggi tuntutan kenaikan upah
akan semakin mudah diperoleh. Dari kecenderungan ini dapat disimpulakn bahwa
usaha menaikkan kesempatan kerja dapat juga digunakan sebagai alat untuk
memperbaiki pembagian pendapatan dalam masyarakat.
Tujuan Bersifat Sosial dan
Politik
Tujuan untuk mengatasi masalah sosial dan politik tidak kalah
pentingnya dengan tujuan yang bersifat ekonomi. Tanpa kestabilan sosial dan
politik, usaha – usaha untuk mengatasi masalah ekonomi tidak dapat di capai
dengan mudah. Berikut ini diterangkan masalah sosial dan politik utama yang
ingin diatasi melalui kebijakan pemerintah mengurangi pengangguran.
·
Meningkatkan Kemakmuran
Keluarga dan kestabilan Keluarga
Ditinjau dari segi mikro, tujuan ini merupakan hal yang sangat
penting. Apabila kebanyakan anggota dalam suatu rumah tangga tidak mempunyai
pekerjaan, berbagai masalah akan timbul. Pertama, keluarga tersebut mempunyai
kemampuan yang terbatas untuk melakukan perbelanjaan. Maka secara lansung
pengangguran mengurangi taraf kemakmuran kluarga. Seterusnya, pengangguran
mengurangi kemampuan keluarga untuk membiayai pendidikan anak – anaknya.
“Drop-out” di sekolah – sekolah angat berhubungan erat dengan masalah
kemiskinan. Efek psikologi ke atas rumah tangga seperti merasa rendah diri,
khilangan kepercayaan diri dan perselisihan dalam kluarga, merupakn masalah
lain yang ditimbulakn oleh pengangguran.
·
Menghindari Masalah Kejahatan
Di satu pihak pengangguran menyebabkan para pekerja kehilangan
pekerjaannya. Akan tetapi di lain pihak, ketiadaan pekerjaan tidak akan
mengurangi kebutuhan untuk berbelanja. Seringkali yaitu apabila tidak ada
tabungan dan sumber pendapatan lain, pengangguran manggalakkan kegiatan
kejahatan. Terdapat perkaitan yang erat di antar masalah kejahatan dan masalah
pengangguran, yaitu semakin tinggi pengangguran, semakin tinggi kasus
kejahatan. Dengan demikian usaha mengatasi pangangguran secara tak langsung
menyebabkan pengurangan dalm kejahatan.
·
Mewujudkan Kestabilan Politik
Kestabilan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang diperlukan untuk
menaikkan taraf kemakmuran masyarakat memerlukan kestabilan politik. Tanpa
kstabilan politik tidak mungkin suatu negara dapat mencapai pertumbuhan yang
cepat dan terus – menerus. Pengangguran merupakan salah satu sumber / penyebab
dari ketidakstabilan politik. Pengangguran menyebabkan masyarakat tidak merasa
puas dengan pihak pemerintah. Mereka merasa pemerintah tidak melakukan tindakan
yang cukup untuk masyarakat. Dalam perekonomian yang tingkat penganggurannya
tinggi masyarakat seringkali melakukan demonstrasi dan mengemukakan kritik ke
atas pemimpin – pemimpin pemerintah. Hal – hal seperti itu akan menimbulkan
halangan untuk melakukan investasi dan mengembangkan kegiatan ekonomi. Sebagai
akibatnya perkembangan ekonomi yang lambat semakin berkepanjangan dan keadaan
pengangguran semakin memburuk. Langkah pemerintah untuk menghhindari masalh ini
perlu dilakukan.
1) Inflasi adalah suatu
keadaan dalam mana terjadi senantiasa meningkatnya harga-harga pada umumnya,
atau suatu keadaan di mana terjadi senantiasa turunnya nilai uang.
2) Deflasi adalah suatu
keadaan semakin turunnya harga barang-barang atau semakin meningkatnya nilai
uang.
3) Stagflasi adalah
kondisi dimana hubungan terbalik antara laju inflasi dan output ini merupakan
akibat dari pergeseran kurva penawaran aggregate yang disebabkan oleh perubahan
inflasi yang diharapkan.
4) Dari kurva
phillips tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi tingkat
pengangguran semakin cepat kenaikan tingkat upah dan harga; dan semakin tinggi
harapan inflasi akan semakin cepat pula kenaikan tingkat upah.
Dalam
perekonomian tertutup, dan dalam jangka pendek, pengangguran dan inflasi
merupakan masalah ekonomi yang perlu di hadapi dan di atasi. Dalam sistem pasar
bebas, kdua masalah ini tidak dapat dengan sendirinya diatasi. Kebijakan
pemerintah perlu dijalankan apabila salah satu kedua masalah tersebut timbul.
Sesuai dengan keperluan ini dalam analisis makro ekonomi perlu diperhatikan dengan
lebih baik mengenai kdua masalah tersebut dan bentuk – bentuk kebijakan
pemerintah yang dapat digunakan untuk mengatasi kedua masalah.
Ada dua cara yg di gunakan untuk melihat masalah pengangguran. Yang pertama
adalah dengan melihar sumber dari wujud masalah tersebut dan yang kedua adalah
berdasarkan ciri – cirinya. Berdasarkan sumbernya pengangguran dibedakan kepada
: pengangguran normal/friksional, pengangguran siklikal (kunjungtur),
pengangguran berstruktur dan pengangguran teknologi. Berdasarkan ciri – cirinya
pengangguran dibedakan kepada : pengangguran terbuka, pengangguran tersembunyi,
pengangguran bermusim dan setengah menganggur.
Mengapakah pengangguran perlu diatasi? Kebijakan pemerintah untuk mengatasi
pengangguran didorong oleh tujuan bersifat ekonomi dan tujuan bersifat sosial
dan politik. Dari segi ekonomi tujuan mengatasi pengangguran adalah :
Menyediakan kesempatan kerja, meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat dan
memperbaiki distribusi pendapatan.
Menurut kami sebaiknya pemerintah
dapat mengatasi pengangguran yang terjadi di Indonesia yaitu dengan membuka
lapangan kerja atau menyediakan lapangan kerja. Dalam
menghadapi kemiskinan di zaman global diperlukan usaha-usaha yang lebih
kreatif, inovatif, dan eksploratif. Selain itu, globalisasi membuka peluang
untuk meningkatkan partisipasi masyarakat Indonesia yang unggul untuk lebih
eksploratif. Di dalam menghadapi zaman globalisasi ke depan mau tidak mau
dengan meningkatkan kualitas SDM dalam pengetahuan, wawasan, skill, mentalitas,
dan moralitas yang standarnya adalah standar global.
Boediono. Ekonomi Moneter. Penerbit
BPFE-YOGYAKARTA. Yogyakarta: 2001.
Christopher
Pass & Bryan Lowes. Kamus Lengkap
Ekonomi Edisi Kedua. Collins. Penerbit Erlangga : 1997.
Manullang.
Pengantar Teori Ekonomi Moneter.
Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta: 1993.
Nopirin. Ekonomi Moneter Buku II. Penerbit BPFE-YOGYAKARTA. Yogyakarta:
2000.
Rudiger
Dombusch, Stanley Fischer, J. mulyadi. Makro
ekonomi. Penerbit Erlangga: 1992.
Sukirno,
Sadono. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Penerbit
PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta: 2011.
Waluya
Harry. Ekonomi Moneter Uang dan
Perbankan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta: 1993.
http://makalahku25.blogspot.com/2013/04/makalah-inflasi-dan-pengangguran.html
Comments
Post a Comment