oleh Surya Devi, academia.com
Daftar Isi
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.1.1 Kondisi Perekonomian Indonesia
1.1.2 Karakteristik UMKM
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
BAB II ISI
2.1 Prospek dan Potensi UMKM dalam Perekonomian Indonesia
2.1.1 Potensi UMKM
2.1.2 Prospek UMKM
2.2 Prospek dan Potensi Sektor Bisnis UMKM
2.2.1 Sektor Perdagangan
2.2.2 Sektor Industri Pengolahan
2.2.3 Sektor Pertanian
2.2.4 Sektor Perkebunan
2.2.5 Sektor Peternakan
2.2.6 Sektor Perikanan
2.2.7 Sektor Jasa
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
1.1.1 Kondisi Perekonomian Indonesia
Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) mempunyai peran penting dan strategis dalam pembangunan ekonomi
nasional. Selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga
kerja, UMKM juga berperan dalam mendistribusikan hasil-hasil pembangunan. UMKM
juga telah terbukti tidak terpengaruh terhadap krisis. Ketika krisis menerpa
pada periode tahun 1997 – 1998, hanya UMKM yang mampu tetap berdiri kokoh.
Data Badan Pusat
Statistik memperlihatkan, pasca krisis ekonomi tahun 1997-1998 jumlah UMKM
tidak berkurang, justru meningkat terus, bahkan mampu menyerap 85 juta hingga
107 juta tenaga kerja sampai tahun 2012. Pada tahun itu, jumlah pengusaha di
Indonesia sebanyak 56.539.560 unit. Dari jumlah tersebut, Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) sebanyak 56.534.592 unit atau 99.99%. Sisanya, sekitar 0,01%
atau 4.968 unit adalah usaha besar.
Untuk memberikan porsi
lebih besar terhadap bisnis skala mikro, kecil, dan menengah. Pemerintah dan
legislatif membuktikan perhatiannya terhadap UMKM dengan meluncurkan UU No. 20
Tahun 2008 tentang UMKM. Dengan adanya peraturan yang menjadi payung hukum,
gerak UMKM menjadi semakin leluasa. Persoalan klasik seperti akses permodalan
kepada lembaga keuangan pun mulai bisa teratasi. Karena di dalam peraturan itu
tercantum mengenai perluasan pendanaan dan fasilitasi oleh perbankan dan
lembaga jasa keuangan non-bank.
1.1.2 Karakteristik UMKM
Karakteristik UMKM merupakan sifat atau kondisi faktual
yang melekat pada aktifitas usaha maupun perilaku pengusaha yang bersangkutan
dalam menjalankan bisnisnya. Karakteristik ini yang menjadi ciri pembeda antar
pelaku usaha sesuai dengan skala usahanya.
1.
Bersifat padat karya
2.
Berbasis sumberdaya lokal
3.
Menggunakan teknologi tepat guna
4.
Bersifat fleksibel
1.1.3 POTENSI UMKM
Potensi UMKM ditunjukkan
oleh perannya sebagai sumber pendapatan masyarakat, pemenuhan kebutuhan barang
dan jasa domestik, penciptaan lapangan pekerjaan, serta peningkatan nilai
tambah yang berdampak pada penurunan angka kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi.
1.
Jumlah Usaha/Perusahaan
2.
Jumlah Tenaga Kerja
3.
Kontribusi Terhadap PDB
4.
Kontribusi Terhadap Devisa Negara
5.
Profil Investasi
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Apa yang menjadi Prospek dan Potensi UMKM dalam
Perekonomian Indonesia ?
2.
Apa yang menjadi Prospek dan Potensi Sektor Bisnis UMKM ?
1.3 Tujuan
Penulisan
1.
Untuk mengetahui Prospek dan Potensi UMKM dalam
perekonomian Indonesia.
2.
Untuk mengetahui Prospek dan Potensi Sektor Bisnis UMKM.
BAB II
ISI
2.1 Prospek dan
Potensi UMKM dalam Perekonomian Indonesia
2.1.1 Potensi UMKM
1.
JUMLAH USAHA/ PERUSAHAAN
Jumlah Usaha Kecil > Usaha Menengah > Usaha Besar =
UMKM jauh lebih banyak dari Usahan Besar.
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peranan penting dalam
perekonomian di Indonesia. UMKM memiliki proporsi sebesar 99,99% dari total
keseluruhan pelaku usaha di Indonesia atau sebanyak 56,54 juta unit. Dari UMKM
yang ada tersebut, yang paling banyak adalah usaha mikro dengan jumlah
47.702.310 atau sekitar 95 % lebih. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa
usaha mikro merupakan mayoritas usaha yang ada di Indonesia.
2.
PENYERAPAN TENAGA KERJA
Penyerapan Tenaga Kerja Oleh Usaha Kecil > Usaha
Menengah > Usaha Besar = Penyerapan Tenaga Kerja UMKM jauh lebih besar dari
Usaha Besar. Jadi, persentase penyerapan tenaga kerja UMKM cederung meningkat,
sementara persentase penyerapan tenaga kerja Usaha Besar cenderung menurun.
Pangsa penyerapan tenaga kerja oleh UMKM didominasi oleh sektor pertanian,
sektor perdagangan hotel dan restoran, dan sektor industri pengolahan. Pangsa
penyerapan tenaga kerja Usaha Besar didominasi oleh sektor industri pengolahan.
Kurang solid kaitan antara industri pengolahan dengan sektor primer, khususnya
sektor pertanian, dimana kosentrasi UMKM cukup besar.
3.
KONTRIBUSI TERHADAP PDB
Kontribusi PDB oleh Usaha Besar > Usaha Kecil >
Usaha Menengah = UMKM. Harapan setelah krisis kontribusi UMKM terhadap PDB
meningkat, namun dalam kenyataannya kontribusi UMKM menurun sedangkan UB
meningkat. Pola ini akan mengulangi pola pertumbuhan ekonomi seperti pada masa
lalu. Kontribusi Usaha Kecil terhadap PDB didominasi oleh sektor pertanian dan
sektor perdagangan, hotel dan restoran. Kontribusi Usaha Menengah terhadap PDB
didominasi oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Kontribusi
Usaha Besar terhadap PDB didominasi oleh sektor listrik, gas dan air bersih,
sektor pertambangan dan penggalian dan sektor industri pengolahan
4.
KONTRIBUSI TERHADAP DEVISA NEGARA
Kontribusi terhadap devisa negara oleh
UB>UM>UK→UB>UK Secara nominal kontribusi UKM dan UB terhadap devisa
negara cenderung meningkat, namun persentase kontribusi UKM cenderung menurun
sedangkan persentase kontribusi UB cenderung meningkat. Ekspor UK, UM dan UB
didominasi oleh sektor industri pengolahan
5.
PROFIL INVESTASI
Investasi pada UMKM cenderung meningkat, sedangkan
investasi pada UB cenderung menurun.
2.1.2 Prospek UMKM
Peran penting UMKM tidak
hanya berarti bagi pertumbuhan di kota-kota besar tetapi berarti juga bagi
pertumbuhan ekonomi di pedesaan. Berikut beberapa peran penting UMKM:
1.
UMKM berperan dalam memberikan pelayanan ekonomi secara
luas kepada masyarakat, proses pemerataan dan peningkatan pendapatan
masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, serta mewujudkan stabilitas
nasional.
2.
Krisis moneter 1998 -> Krisis 2008-2009 -> 96% UMKM
tetap bertahan dari goncangan krisis.
3.
UMKM juga sangat membantu negara/pemerintah dalam hal penciptaan
lapangan kerja baru dan lewat UMKM juga banyak tercipta unit-unit kerja baru
yang menggunakan tenaga-tenaga baru yang dapat mendukung pendapatan rumah
tangga.
4.
UMKM memiliki fleksibilitas yang tinggi jika dibandingkan
dengan usaha yang berkapasitas lebih besar, sehingga UMKM perlu perhatian
khusus yang didukung oleh informasi akurat, agar terjadi link bisnis yang
terarah antara pelaku usaha kecil dan menengah dengan elemen daya saing usaha,
yaitu jaringan pasar.
5.
UMKM di Indonesia, sering dikaitkan dengan
masalah-masalah ekonomi dan sosial dalam negeri seperti tingginya tingkat
kemiskinan, ketimpangan distribusi pendapatan, proses pembangunan yang tidak
merata antara daerah perkotaan dan perdesaan, serta masalah urbanisasi.
Perkembangan UMKM diharapkan dapat memberikan kontribusi positif yang
signifikan terhadap upaya-upaya penanggulangan masalah-masalah tersebut di
atas.
Selain itu, beberapa
kontribusi postif UMKM yang tidak dapat dipandang sebelah mata, yaitu:
1.
Tulang punggung perekonomian nasional karena merupakan
populasi pelaku usaha dominan (99,9%);
2.
Menghasilkan PDB sebesar 59,08% (Rp4.869,57 Triliun),
dengan laju pertumbuhan sebesar 6,4% pertahun;
3.
Menyumbang volume ekspor mencapai 14,06% (Rp166,63
triliun) dari total ekspor nasional;
4.
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) nasional sebesar
52,33% (Rp830,9 triliun);
5.
Secara geografis tersebar di seluruh tanah air, di semua
sektor. Memberikan layanan kebutuhan pokok yang dibutuhkan masyarakat.
Multiplier effect-nya tinggi. Merupakan instrumen pemerataan pendapatan dan
mengurangi ketimpangan kesejahteraan masyarakat;
6.
Wadah untuk penciptaan wirausaha baru;
7.
Ketergantungan pada komponen impor yang minimal.
Memanfaatkan nnbahan baku dan sumber daya lokal yang mudah ditemukan dan
tersedia di sekitar sehingga menghemat devisa.
Tabel 2.1.2 Aspek Lingkungan Strategis
Dengan demikian, bisnis
UMKM mempunyai peran strategis dalam perekonomian Indonesia, karena:
1.
Kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi
di berbagai sektor;
2.
Penyedia lapangan kerja yang terbesar;
3.
Pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal
dan pemberdayaan masyarakat;
4.
Pencipta pasar baru dan sumber inovasi;
5.
Sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui
kegiatan ekspor.
2.2 Prospek dan
Potensi Sektor Bisnis UMKM
Ada tujuh sektor bisnis
UMKM yang akan dibahas yaitu sektor-sektor perdagangan, industri pengolahan,
pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan jasa.
2.2.1 Sektor Perdagangan
2.2.1.1
Potensi Bisnis Sektor Perdagangan
Perdagangan adalah
kegiatan penjualan kembali (tanpa perubahan teknis) barang baru maupun bekas. Perdagangan
merupakan urat nadi perekonomian seluruh bangsa. Negara yang berhasil menguasai
perdagangan saat ini merupakan negara-negara yang memiliki perekonomian kuat,
contohnya adalah negara Singapura.
Gambar 2.2.1. Rangkaian Aktivitas Bisnis Perdagangan
Dari skema di atas, masing-masing aktivitas perlu
mendapatkan perhatian.
Misalnya:
1.
Dalam pembelian
barang harus dibuatkan kalkulasi mengenai harga. pokok pembeliannya, karena
akan menentukan harga penjualan barang dan margin yang diharapkan serta daya
saing barang tersebut di pasar.
2.
Aktifitas
penyimpanan perlu diperhitungkan besarnya biaya, penyimpanan dan persediaan
barang dagangan, karena akan menentukan efisiensi penggunaan modal kerja dalam
persediaan. Untuk itu kualitas fasilitas dan kapasitas pergudangan harus
mendapatkan perhatian.
3.
Aktifitas penjualan
menuntut strategi dan taktik pemasaran yang baik. Khusus untuk sistem penjualan
kredit dituntut collection yang baik, karena akan menentukan efisiensi
penggunaan modal kerja dalam piutang.
Sektor perdagangan merupakan salah satu sektor yang
penting dalam kegiatan perekonomian dan pengaruhnya sangat kuat terhadap
perkembangan dan pertumbuhan perekonomian suatu wilayah. Kontribusi sektor
perdagangan terhadap PDB merupakan kontribusi yang paling besar dibanding
sektor lainnya.
Kontribusi UMKM sektor perdagangan terhadap PDB atas
dasar harga berlaku terlihat pada tabel 4.1., menunjukkan tahun 2011 sebesar
Rp1.147,6 triliun tumbuh sebesar 35,74% dari tahun 2010 sebesar Rp854,414
triliun.
Grafik 2.2.1 Produk
Domestik Bruto (PDB) Sektor Perdagangan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2010 –
2011 (triliun rupiah).
Sedangkan kontribusi UMKM sektor perdagangan terhadap PDB
atas dasar harga konstan terlihat pada tabel 4.2., tahun 2010 sebesar Rp384,575
triliun dan tahun 2011 sebesar Rp361,706 triliun menurun sebesar 5,95%.
Grafik 2.2.1. Produk
Domestik Bruto (PDB) Sektor Perdagangan Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010 –
2011 (triliun rupiah)
2.2.1.2
Prospek Bisnis Sektor Perdagangan – bisnis eceran
Banyak pelaku usaha yang baru mulai untuk menjalankan
usaha, memilih untuk menjalankan bisnis ini, selain rangkaian aktivitas bisnis
perdagangan yang ringkas yaitu dari pembelian, penyimpanan dan langsung ke
penjualan, bisnis ini juga merupakan salah satu sektor yang kuat pengaruhnya
dalam perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, namun margin usaha
langsung diperoleh pelaku usaha dan memiliki margin yang tipis, oleh karena itu
banyak strategi dari pelaku usaha untuk menambah volume usaha agar margin usaha
bertambah. Untuk memulai bisnis eceran (pengecer), ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan antara lain:
1.
Pemilihan lokasi
yang strategis. Untuk tempat usaha, pilih wilayah strategis, yang mudah diakses
oleh pembeli dari berbagai penjuru tempat dan yang banyak dilalui oleh para
pengguna jalan.
2.
Pengadaan barang
dagangan dari distributor. Meliputi strategi memilih barang dagangan yang
berkualitas, dan distributor yang dapat diandalkan. Untuk mendapatkan barang
yang berkualitas dapat dengan membeli sendiri ke distributor untuk memastikan
kualitas dari barang dagangan.
3.
Sistem pengiriman
barang dari distributor. Umumnya pengiriman barang dari distributor biasanya
datang pada 1 minggu sekali (rokok, makanan/minuman sabun, dll), 10 hari sekali
(galon, elpiji, dll), dan atau 14 hari sekali (es krim).
4.
Pengembalian barang
ke distributor. Perlu diperhatikan kemudahan dalam pengembalian barang dagangan
yang tidak laku terjual khususnya barang-barang yang tidak tahan lama seperti
makanan/minuman.
5.
Sistem pembayaran
ke distributor. Pelaku usaha juga perlu memperhatikan lunaknya mekanisme
pembayaran barang dagangan, dikarenakan cash flow harus diputar dengan cepat.
6.
Pemasaran yang
optimal.
7.
Layanan prima.
(service excellence) Memberikan layanan lebih seperti mau mengantar barang yang
dibeli konsumen kerumah konsumen.
8.
Harga jual yang
bersaing.
9.
Diskon atau
potongan harga.
10.
Pencatatan
penjualan yang sederhana. Kurangnya pengetahuan teknik pencatatan penjualan
ataupun kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya melakukan pencatatan
penjualan secara berkelanjutan. Hal tersebut merupakan tantangan untuk dapat
membuatkan laporan keuangan sederhana dari bisnis tersebut.
11.
Arus kas tidak
terencana. Pembukuan usaha dan keluarga sering kali tidak dipisahkan (digabung)
sehingga seringkali modal usaha tersedot untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
keluarga.
2.2.2 Sektor Industri Pengolahan
2.2.2.1 Potensi Bisnis Sektor Industri Pengolahan
Industri pengolahan adalah kegiatan ekonomi yang mengolah
bahan mentah, bahan baku, bahan setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi
barang nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang
bangun dan perekayasaan industri.
Sektor industri pengolahan merupakan salah satu penggerak
perekonomian suatu negara. Berdasarkan kontribusinya terhadap PDB, maka dari
seluruh sektor UMKM, pangsa pasar dari empat sektor yang dominan disajikan pada
gambar berikut :
Grafik 2.2.2 Kontribusi Empat Sektor Industri Terhadap
PDB Tahun 2012.
Dari 21% kontribusi industri terhadap PDB, industri
pengolahan mampu menyumbangkan 10,59%. Kemudian dari sisi penyerapan tenaga
kerja, sektor industri pengolahan, termasuk di dalamnya industri rumah tangga
dapat berkontribusi sebesar 6,41%. Dengan demikian, industri pengolahan tetap
mampu tumbuh secara signifikan.
Pada tahun 2011 misalnya, pertumbuhan industri pengolahan
sebesar 6%, lebih tinggi dibanding pertumbuhan tahun sebelumnya yang hanya
sebesar 5%. Cabang-cabang industri pengolahan yang tumbuh meliputi industri
logam dasar besi dan baja, tekstil, barang kulit, alas kaki, makanan, minuman
dan tembakau.
Pertumbuhan industri pengolahan ini diperkirakan akan
tetap signifikan karena ditopang oleh pasar dalam negeri yang besar dan
potensial. Pelaku industri pengolahan nasional akan bisa memproduksi
barang-barang bernilai tambah tinggi yang berdaya saing jauh lebih banyak dan
diminati konsumen di dalam negeri maupun luar negeri.
2.2.2.2 Prospek Bisnis Sektor Industri Pengolahan
Prospek industri
pengolahan seperti pada gambar 2.2.2 dibawah ini.
Prospek sektor industri pengolahan dimulai dari adanya
input supply yang diproses menjadi produksi bahan baku setengah jadi lalu
finishing serta diperdagangkan dalam distribusi hasil yang pada akhirnya untuk
industri konsumsi. Input supply berupa bahan baku, bahan pendukung dan bahan
packing yang diperoleh dari pemasok (supplier), baik diperoleh langsung dari
pemasok maupun melalui saluran distribusi. Kemudian masuk ke proses produksi
mulai dari produksi setengah jadi, barang jadi, dan pengemasan. Setelah itu
mulai dipasarkan baik secara langsung maupun melalui saluran pemasaran kepada
pembeli.
Gambar 2.2.2 Skema Jalur
Pemasaran Industri Pengolahan.
2.2.3 Sektor Pertanian
2.2.3.1 Potensi Bisnis Sektor Pertanian
Sektor pertanian secara luas meliputi berbagai macam
subsektor, antara lain tanaman pangan, hortikultura (sayuran, buah-buahan,
tanaman hias), tanaman perkebunan, perikanan, dan peternakan. Pertanian adalah
kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan oleh manusia untuk
menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi serta untuk
mengelola lingkungan hidupnya. Usaha tani adalah bagian inti dari pertanian
yang menyangkut sekumpulan kegiatan yang dilakukan dalam budidaya pertanian.
Kontribusi industri pertanian terhadap Product Domestic
Brutto (PDB) pada tahun 2014 sekitar Rp 879 triliun atau 10,26% dari PDB
nasional yang besarnya Rp 8.568 triliun. Sektor pertanian juga merupakan sektor
yang menyerap tenaga kerja paling banyak. Pada tahun 2014, sektor ini berhasil
menyerap 35,7 juta tenaga kerja. Kemudian dari sisi investasi, total investasi
di sektor ini masih pada tahun yang sama sebesar Rp 400 triliun. Investasi
bersumber dari investasi swadaya petani, pemerintah, dan swasta. Dan investasi
terbesar berasal dari swadaya petani dalam bentuk prasarana lahan serta sarana
pendukungnya, sedangkan investasi pemerintah melalui APBN dan APBD yang
diperkirakan hanya sekitar 4%.
Potensi bisnis pertanian bagi skala kecil usaha pertanian
adalah ketika terjadi kepastian dalam pembelian hasil produk pertanian dan bila
terjadi kenaikan harga, kenaikan harga tersebut dapat dinikmati sampai level
petani.
2.2.3.2 Prospek Bisnis Sektor Pertanian
Bisnis sektor pertanian merupakan bisnis yang prospektif
terutama untuk mendukung program swasembada pangan. Pertanian masih menjadi
tulang punggung ekonomi masyarakat khususnya bagi masyarakat di desa atau
pinggiran kota. Produk-produk dari pertanian merupakan produk-produk yang dapat
menopang kehidupan masyarakat banyak. Di tengah-tengah keinginan pemerintah
untuk melakukan swasembada pertanian, sebagian produk pertanian masih diperoleh
dengan cara impor dari luar negeri. Kondisi ini sangat memprihatinkan dan dapat
melemahkan pertumbuhan bisnis di sektor pertanian.
2.2.4 Sektor Perkebunan
2.2.4.1 Potensi Bisnis Sektor Perkebunan
Perkebunan merupakan salah satu sub sektor perkebunan
yang secara ekonomis, ekologis dan sosial budaya memainkan peranan penting
dalam pembangunan nasional. Sesuai Undang-Undang nomor 18 tahun 2004 tentang
Perkebunan, bahwa secara ekonomi perkebunan berfungsi meningkatkan kemakmuran
dan kesejahteraan rakyat serta penguatan struktur ekonomi wilayah dan nasional;
sedangkan secara ekologi berfungsi meningkatkan konservasi tanah dan air,
penyerap karbon, penyedia oksigen dan penyangga kawasan lindung serta secara
sosial budaya berfungsi sebagai perekat dan pemersatu bangsa.
Dari aspek komoditas, perkebunan terdiri atas 127 jenis
tanaman, berupa tanaman tahunan dan tanaman semusim dengan areal sebaran mulai
dataran rendah sampai dataran tinggi, beberapa diantaranya yang menjadi andalan
nasional, seperti Perkebunan Sawit, Karet, Kakao, Jarak Pagar, Tebu, Kapas,
Kopi, Cengkeh, Jambu Mete, Lada dan Teh.
Perkebunan merupakan subsektor yang strategis dan menjadi
salah satu andalan perekonomian Indonesia, dimana pertumbuhan sektor perkebunan
cukup tinggi yaitu sekitar 17,85% per tahun. Indonesia memiliki potensi
ketersediaan lahan yang cukup besar dan belum dimanfaatkan secara optimal. Pada
tahun 2006, total luas daratan Indonesia adalah sebesar 192 juta ha, terbagi
atas 123 juta ha (64,6%) merupakan kawasan budidaya dan 67 juta ha sisanya
(35,4%) merupakan kawasan lindung. Dari total luas kawasan budidaya, yang
berpotensi untuk areal perkebunan seluas 101 juta ha, meliputi lahan basah
seluas 25,6 juta ha, lahan kering tanaman semusim 25,3 juta ha dan lahan kering
tanaman tahunan 50,9 juta ha.
Sampai saat ini, dari areal yang berpotensi untuk
perkebunan tersebut, yang sudah dibudidayakan menjadi areal perkebunan sebesar
47 juta ha, sehingga masih tersisa 54 juta ha yang berpotensi untuk perluasan
areal perkebunan.
2.2.4.2 Prospek Bisnis Sektor Perkebunan – Karet
Pohon karet (Hevea Brnziliensis) merupakan tanaman yang
berasal dari Brasil. Tanaman karet mampu tumbuh hingga setinggi 25 meter dan
memiliki batang yang mengandung getah yang dikenal dengan lateks. Lateks
merupakan bahan baku utama untuk pembuatan ban (otomotif), pembuatan senjata
(militer), dan keperluan lainnya. Daerah yang cocok untuk pertanaman karet
yaitu pada zona antara 150 LS dan 150 LU.
dapat mencukupi kebutuhan air tanaman karet selama satu
bulan. Dengan perawatan yang baik, tanaman karet dapat dipanen atau masuk
kategori matang sadap pohon bisa mencapai 5 tahun.
Ciri utama tanaman karet yang sudah matang sadap pohon
adalah lilit batang yang sudah mencapai 45 cm pada ketinggian 100 cm dari
pertautan okulasi dan ketebalan kulit kayu sudah mencapai 6-7mm. Umur produksi
karet dapat mencapai 25 tahun setelah tanaman karet mulai matang sadap. Untuk
satu hektar, getah karet yang dapat diproduksi mencapai 60 kg per minggu atau
240 kg per bulan.
Harga karet di pasar dunia saat ini sebesar US 1,6 (Rp.
21 ribu) per kilogram sementara di tingkat petani, harga karet berkisar Rp
6.000/kg. Berikut siklus dan potensi bisnis tanaman karet:
a.
Pembukaan lahan.
Pada proses pembukaan lahan dimulai dengan pembabatan pendahuluan, penumbangan
dan pembongkaran pohon, pemotongan kayu hasil tebangan, pembuatan atau
perlakuan terhadap jalur rumpukan, dan pengolahan lahan.
b.
Budidaya tanaman
karet dilakukan dengan mudah dan murah yaitu dengan cara stek dimana harga
bibit berkisar Rp. 20 ribu per batang. Cara ini terbukti efektif dan
kemungkinan berhasil bertumbuh lebih cepat dibanding ketika ditanam melalui
biji.
c.
Lima tahun setelah
ditanam, pohon-pohon karet siap disadap. Penyadapan karet biasanya dilakukan
berselang seling (satu hari sadap satu hari tidak). Jadi total 15 hari dalam
satu bulan. Jika baru pertama kali disadap biasanya akan diperoleh sekitar 85
kg/minggu yang dikumpulkan dari 450 – 500 pohon yang ditanam di lahan seluas 1
ha. Apabila telah mencapai umur 10 tahun, hasil penyadapan karet dari 1 ha
lahan adalah 1 ton/minggu atau 4 ton/minggu per 1 ha lahan. Maka potensi
penghasilan yang didapat apabila harga jual karet sebesar Rp. 20 ribu per kg
adalah sebesar Rp. 80 juta per bulan dari satu hektar lahan. Suatu potensi
bisnis yang cukup besar dan menjanjikan. Karet dapat terus dipanen dengan umur
panen karet 20 – 25 tahun.
d.
Untuk menjual hasil
sadapan, petani karet tidak perlu repot karena pembeli datang dengan
sendirinya. Ketika karet tidak lagi berproduksi, maka kayu dapat ditebang dan
kayu dari karet dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan kertas atau fungsi
layaknya kayu lainnya. Getah karet yang dihasilkan dipengaruhi oleh beberapa
hal, yaitu cuaca dan pupuk. Saat musim hujan sangat sedikit getah karet yang
disadap sementara saat musim kemarau, getah karet yang disadap tergolong cukup
bagus. Proses pemupukan juga dapat mempengaruhi produksi dari karet, semakin
baik pemupukan dan semakin teratur, maka semakin baik juga hasil dari karet
yang disadap.
2.2.5 Sektor Peternakan
2.2.5.1 Potensi Bisnis Sektor Peternakan
Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakan dan/atau
membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan
tersebut. Manfaat besar dari bisnis peternakan adalah kebutuhan atau permintaan
terhadap protein yang berasal dari daging masih sangat besar dibanding
ketersediaan daging di dalam negeri. Manfaat bisnis peternakan dapat dijabarkan
sebagai berikut :
1.
Bagi pelaku usaha,
bisnis peternakan masih prospektif dan memiliki peluang bisnis yang besar untuk
dikembangkan lagi. Jumlah penduduk Indonesia yang besar merupakan pangsa pasar
yang prospektif bagi bisnis peternakan. Produk turunan dari bisnis di sektor
peternakan juga tergolong banyak seperti kotoran ternak yang diolah menjadi
pupuk atau bahan bakar sehingga dapat memberikan pendapatan tambahan bagi
peternak.
2.
Bagi perbankan,
bank dapat berperan sebagai lembaga keuangan
yang mendukung perkembangan bisnis peternakan melalui pemberian kredit
produktif. Potensi yang besar pada bisnis peternakan dapat berdampak pada
potensi kredit yang besar untuk sektor ini.
3.
Bagi Pemerintah,
melalui pengembangan bisnis peternakan, maka pemerintah dapat menciptakan
swasembada pangan terutama di sektor peternakan dan berdampak pada pengurangan
impor daging.
Bisnis peternakan masih memiliki potensi yang besar untuk
dikembangkan lagi. Potensi bisnis peternakan yang menarik dikarenakan hal-hal
sebagai berikut:
a.
Permintaan daging
yang masih besar untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
b.
Adanya program
swa-sembada pangan dari pemerintah sehingga pemerintah mendukung bisnis
peternakan.
c.
Bibit peternakan
banyak tersedia di dalam negeri.
d.
Karakteristik
masyarakat Indonesia yang memiliki pengalaman di bidang pertanian termasuk
peternakan membuat bisnis peternakan tidak sulit untuk dijalankan.
Adapun kebutuhan daging di Indonesia seperti terlihat
pada tabel di bawah:
Tabel 2.2.5 Kebutuhan
Daging di Indonesia.
2.2.5.2 Prospek Bisnis Sektor Peternakan
Bisnis peternakan merupakan bisnis yang prospektif di
Indonesia. Indonesia dengan penduduk lebih dari 240 juta jiwa dan merupakan
Negara dengan penduduk terbesar kelima di dunia merupakan salah satu Negara
konsumen daging terbesar di dunia. Pada tahun 2014, sesuai data kementerian
perdagangan, realisasi impor sapi hidup mencapai 697.550 sapi, sedangkan tahun
2013 sebanyak 409.137 sapi atau naik sebesar 70,5% pada tahun 2014. Target
kementerian pertanian untuk impor daging berkisar 10 – 15% sementara sisanya
diperoleh dari lokal.
2.2.6 Sektor Perikanan
2.2.6.1 Potensi Bisnis Sektor Perikanan
Bisnis perikanan adalah semua usaha perorangan atau badan
hukum untuk menangkap atau membudidayakan (usaha penetasan, pembibitan,
pembesaran) ikan, termasuk kegiatan menyimpan, mendinginkan, pengeringan, atau
mengawetkan ikan dengan tujuan untuk menciptakan nilai tambah ekonomi bagi
pelaku usaha (komersial/bisnis). (UU No. 9 Tahun 1985 dan UU No. 31 Tahun 2014
Tentang Perikanan).
Indonesia memiliki sumberdaya perikanan meliputi,
perikanan tangkap di perairan umum seluas 54 juta hektar dengan potensi
produksi 0,9 juta ton/tahun. Budidaya laut terdiri dari budidaya ikan (antara
lain kakap, kerapu, dan gobia), budidaya moluska (kekerangan, mutiara, dan
teripang), dan budidaya rumput laut, budidaya air payau (tambak) yang potensi
lahan pengembangannya mencapai sekitar 913.000 ha, dan budidaya air tawar
terdiri dari perairan umum (danau, waduk, sungai, dan rawa), kolam air tawar,
dan mina padi di sawah, serta bioteknologi kelautan untuk pengembangan industri
bioteknologi kelautan seperti industri bahan baku untuk makanan, industri bahan
pakan alami, benih ikan dan udang serta industri bahan pangan.
Besaran potensi hasil laut dan perikanan Indonesia
mencapai 3000 triliun per tahun, akan tetapi yang sudah dimanfaatkan hanya
sekitar 225 triliun atau sekitar 7,5% saja. Dengan potensi tersebut, Indonesia
dapat menyaingi bahkan mengalahkan Tiongkok sebagai negara produsen ikan
terbesar di dunia melalui budidaya dengan total produksi mencapai 52 juta ton/tahun.
Belum lagi, potensi produksi akuakultur Indonesia yang juga dapat diandalkan.
Tabel 2.2.6.1 Proyeksi
Produksi Komoditas Budidaya Perikanan Unggulan Tahun 2012-2014 (Dalam Ribuan).
2.2.6.2 Prospek kegiatan UMKM sektor perikanan, antara lain:
1.
Produksi benih.
Merupakan salah satu segmen usaha yang menguntungkan. Usaha di segmen
pembenihan ini membutuhkan waktu yang relatif singkat sehingga keuntungan lebih
cepat diperoleh. Pembenihan menghasilkan telur, benih, maupun calon induk
2.
Pendederan. Pendederan
adalah kegiatan pemeliharaan benih untuk menghasilkan benih yang berukuran
lebih besar.
3.
Produksi Ikan
Konsumsi Lokal. Produksi ikan untuk konsumsi langsung atau pasar lokal adalah
suatu kegiatan pembesaran (fattening) untuk menghasilkan ikan sesuai permintaan
pasar (marketable size), khususnya pasarl lokal. Pasar lokal terdiri dari pasar
rakyat, tempat pelelangan ikan (TPI), rumah makan dan restoran, hotel, dan
supermarket. Pasar lokal yang lainnya adalah kapal penangkap tuna dan cakalang
yang yang membutuhkan umpan.
4.
Produksi Ikan Untuk
Ekspor. Produksi ikan untuk tujuan ekspor adalah kegiatan pembesaran untuk
menghasilkan ikan yang ditujukan untuk pasar ekspor. Beberapa spesies ikan
dipelihara sampai mencapai ukuran diatas 1 kg/ekor untuk diekspor dalam bentuk
filet (irisan daging). Salah satu spesiaes ikan yang diproduksi dalam bentuk
filet adalah ikan nila. Untuk menghasilkan ikan nila dengan ukuran lebih dari 1
kg/ekor dibutuhkan waktu pemeliharaan hingga lebih dari 8 bulan. Beberapa
spesies ikan konsumsi air tawar yang diekspor dalam keadaan utuh misalnya belut
dan sidat.
5.
Produksi Ikan Untuk
Kolam Pancing. Kolam pemancingan ikan untuk para hobbies “mancing mania”
merupakan salah satu pasar baru untuk penjualan ikan-ikan air tawar budidaya
yang prospektif. Ikan yang dibutuhkan untuk ditebar di kolam pemancingan adalah
ikan-ikan yang berukuran diatas 500 gram per ekor. Jenis ikan yang umum ditebar
di kolam pemancingan antara lain ikan mas, ikan lele, ikan nila, ikan gurame,
dan ikan bawal air tawar. Hasil panen harus tetap hidup dan sehat karena ikan
ini akan ditebar ke kolam pemancingan untuk dipancing.
6.
Produksi Umpan.
Ikan air tawar yang dikonsumsi juga dapat diproduksi sebagai ikan umpan. Salah
satu ikan yang diproduksi di air tawar dengan tujuan untuk umpan adalah ikan
bandeng.
7.
Produksi Ikan Hias.
Spesies ikan-ikan air tawar juga dapat diproduksi sebagai ikan hias. Beberapa
ikan seperti ikan mas memiliki varietas/ras yang memiliki warna indah, terutama
varietas koi.
2.2.7 Sektor Jasa
2.2.7.1 Potensi Sektor Bisnis Usaha Jasa
Usaha jasa merupakan alternatif bagi wirausaha pemula
(start up) yang ingin terjun ke dunia wirausaha. Karena dalam usaha bidang jasa
pelaku usaha tidak direpotkan menyediakan berbagai macam peralatan atau
dituntut memiliki tempat usaha yang strategis, dan modal keuangan yang memadai.
Cukup memiliki keterampilan atau keahlian yang sedang dibutuhkan konsumen.
Potensi bisnis usaha jasa semakin berkembang seiring
dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat. Karena masyarakat sadar, mereka
memiliki keterbatasan dan tidak mungkin mampu memenuhi seluruh kebutuhan
sendiri. Biasanya keterbatasan waktu dan kemampuan. Ada yang mampu, namun tidak
bisa mengerjakannya karena keterbatasan waktu. Ada yang memiliki kelonggaran
waktu, namun tidak memiliki kemampuan. Jarak antara waktu dan kemampuan itulah
yang menciptakan munculnya ucaha-usaha jasa. Peluang usaha jasa bisa dilihat
dari beberapa faktor berikut ini:
1.
Pertumbuhan
masyarakat.
2.
Perkembangan
Teknologi dan Informasi.
3.
Tingkat pendidikan.
4.
Meningkatnya
investasi.
5.
Pertumbuhan
Ekonomi.
2.2.7.2 Prospek Bisnis Sektor Usaha Jasa - Pengiriman Barang
Jasa pengiriman barang merupakan salah satu bisnis yang
prospektif dan masih potensial saat ini. Dalam perspektif konsep waralaba,
International Franchise Association mengategorikan jasa pengiriman dan kargo
sebagai satu dari sepuluh usaha unggulan sampai 20 tahun ke depan. Ini artinya,
bisnis jasa pengiriman masih mempunyai prospek yang cerah. Mengapa demikian ?
Karena sampai sekarang belum ada teknologi yang mampu memindahkan atau
mengirimkan suatu benda ke tempat lain secara elektronis tanpa bantuan alat
trasportasi seperti motor, mobil, kereta api, pesawat terbang, atau kapal laut.
Data Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Express, Pos,
dan Logistik Indonesia (Asperindo) menyebutkan, pasar logistik Indonesia tahun
2015 akan menembus angka Rp2.100 triliun atau tumbuh 14 – 14,7% dibandingkan
tahun lalu. Pasar logistik Indonesia adalah yang terbesar di kawasan Asia
Tenggara. Pertumbuhan bisnis pengiriman seiring dengan semakin pesatnya
pertumbuhan bisnis online. Untuk memulai bisnis jasa pengiriman barang, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1.
Tentukan Wilayah
dan Jenis Trasnportasi Untuk tempat usaha, pilih wilayah strategis, yang mudah
diakses dari berbagai penjuru tempat. Kemudian tentukan alat transportasi yang
akan digunakan. Baik motor dan mobil mempunyai kelebihan masing-masing dan
sebaiknya mempunyai keduanya.
2.
Beragam Layanan
Peluang bisnis jasa pengiriman barang semakin berpeluang mendatangkan
keuntungan lebih besar bila mampu melayani berbagai macam jenis barang yang
dapat dikirimkan. Kapasitas penyimpanan barang juga perlu disesuaikan. Bila
menangani surat-surat, paket kecil, dan dokumen rahasia, maka dibutuhkan tempat
penyimpanan yang kedap air dan tahan api.
3.
Legalitas
Perusahaan Untuk mempermudah operasional usaha, maka perusahaan jasa pengiriman
barang perlu membuat perusahaan resmi dan sah secara hukum. Perusahaan yang
resmi dapat dengan leluasa memasarkan usahanya. Izin perusahaan yang resmi juga
dapat meminimalisir risiko perusahaan dihentikan usahanya oleh Pemerintah.
4.
Pemasaran dan
Perluasan Jaringan Untuk dapat sukses dalam usaha pengiriman barang, maka
perusahaan harus secara aktif memperkenalkan diri kepada masyarakat dengan
berbagai media promosi. Perusahaan juga perlu menggandeng perusahaan yang
berpotensial menggunakan jasa yang kita tawarkan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sebagai
penutup, dari Makalah Prospek dan Potensi UMKM ini diharapkan pembaca lebih
mengenal dan memahami:
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai peran
penting dan strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. Selain berperan dalam
pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja, UMKM juga berperan dalam
distribusi hasil-hasil pembangunan.
Ada tujuh sektor bisnis UMKM yang dibahas yaitu sektor-sektor
perdagangan, industri rumah tangga, pertanian, perkebunan, peternakan,
perikanan dan jasa.
KESAKSIAN LUAR BIASA BAGAIMANA SAYA MENDAPATKAN PINJAMAN SAYA Saya memiliki pesan yang sangat penting untuk dibagikan kepada semua orang yang membutuhkan pinjaman dari pemberi pinjaman yang sah. Saya senang berbagi catatan ini dengan semua orang setelah apa yang saya dan istri saya alami di tangan beberapa penjahat menyedihkan yang mengaku menawarkan semacam pinjaman. Sangat sulit untuk mendapatkan pemberi pinjaman yang sah dan terima kasih kepada pemberi pinjaman Best Loan yang membantu saya dengan pinjaman tersebut, Hubungi mereka jika Anda membutuhkan pinjaman dan kembali untuk mengucapkan terima kasih nanti. Saya berjanji mereka tidak akan mengecewakan Anda. kontak Email:- (pedroloanss@gmail.com whatsapp +393510140339) Terima kasih.
ReplyDeleteNazgul William.