Permintaan
masyarakat terhadap barang tertentu berarti kesediaan masyarakat untuk membeli
sejumlah barang tertentu, pada tingkat harga tertentu pula. hukum permintaan
menyebutkan bahwa, apabila harga turun, jumlah barang yang diminta akan
bertambah. Apabila harga naik, jumlah yang diminta berkurang dengan anggapan
lainnya tetap (Desmizar dan Kasir, 2003).
Konsep dari permintaan konsumen adalah
kuantitas suatu komoditas yang mampu dan ingin dibeli oleh konsumen pada suatu
tempat dan waktu tertentu pada berbagai tingkat harga, faktor lain tidak
berubah. Permintaan pasar adalah agregat dari permintaan indivdu-individu
konsumen (Tomek and Robinson, 1981).
Permintaan dapat
diekspresikan dalam bentuk kurva yang menunjukkan hubungan negative antara
jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat harga. Permintaan juga dapat
diekspresikan dalam bentuk fungsi matematis, dimana permintaan merupakan fungsi
dari berbagai faktor seperti; permintaan tahun sebelumnya, harga barang
tersebut, harga barang lain, pendapatan per kapita, jumlah penduduk, dan
sebagainya. Permintaan tahun sebelumnya mempengaruhi permintaan tahun ini
sebagai akibat dari pembentukan kebiasaan atau habits formation (Wohlgenant and
Hahn, 1982).
Dalam
menganalisis permintaan perlu dibedakan antara dua istilah berikut: permintaan
dan jumlah barang yang diminta. Di dalam analisis ekonomi, permintaan
menggambarkan keseluruhan daripada hubungan antara harga dan jumlah yang
diminta. Sedangkan jumlah barang yang diminta berarti jumlah atau kuantitas
dari suatu barang yang diminta pada suatu tingkat harga tertentu (Sukirno,
2005).
Menurut Sukirno
(2005) kurva permintaan adalah kurva yang menggambarkan hubungan antara jumlah
barang yang diminta pada berbagai tingkat harga. Kurva permintaan pada umumnya
menurun dari kiri atas ke kanan bawah. Hal ini karena adanya hubungan terbalik
antara harga dengan jumlah yang diminta.
Fungsi penawaran
ialah fungsi yang menyatakan hubungan harga dari suatu barang dengan jumlah barang
tersebut yang ditawarkan. Hukum penawaran menyebutkan bahwa apabila harga naik,
jumlah barang yang ditawarkan bertambah. Apabila harga turun jumlah barang yang
ditawarkan akan turun pula (Desmizar dan Kasir, 2003).
Dalam teori
ekonomi standar, penawaran (supply) didefinisikan sebagai hubungan statis yang
menunjukkan berapa banyak suatu komoditas akan ditawarkan (untuk dijual) pada
suatu tempat dan waktu tertentu pada berbagai tingkat harga, faktor lain tidak
berubah (Tomek dan Robinson 1981). Kurva penawaran menunjukkan hubungan yang
positif antara jumlah komoditas yang akan dijual dengan tingkat harga dari
komoditas tersebut (Lantican, 1990). Kenaikan harga dari suatu komoditas
(faktor lain tidak berubah), akan mendorong produsen untuk meningkatkan jumlah
komoditas yang ditawarkan. Demikian juga sebaliknya, jika harga komoditas
tersebut turun akan mendorong produsen untuk mengurangi jumlah komoditas yang
ditawarkan.
Kalau kurva
permintaan umumnya mempunyai bentuk ke kakan menurun, kurva penawaran akan
suatu barang atau jasa pada umumnya mempunyai bentuk ke kanan naik, dalam
artian semakin tinggi harga jual suatu barang semakin banyak jumlah yang
ditawarkan, kurva penawaran yang tunduk kepada hukum penawaran, namun ada
bentuk-bentuk lainnya yang dalam praktek jug banyak dijumpai tidak tunduk pada
hokum penawaran. Seperti kurva penawaran untuk jangka waktu yang sangat pendek,
yang karenanya dapat disebut sebagai kurva penawaran seketika atau market period supply curve, yaitu kurva
penawaran untuk jangka waktu yang demikian pendeknya sehingga produsen sama
sekali belum mampu untuk menambah atau mengurangi jumlah pemakaian faktor
produksi. Kurva penawaran jangka panjang artinya bahwa jangka waktunya cukup
panjang untuk memungkinkan produsen menyesuaikan pemakaian semua faktor
produksi terhadap perubahan permintaan (Anonim, 2009).
Berbeda dengan
kurva permintaan yang pada umumnya memiliki angka koefisien arah yang bertanda
minus, kurva penawaran pada umumnya memiliki angka koefisien arah yang bernilai
positif.
Kurva penawaran didasarkan
pada asumsi bahwa produsen bertindak rasional, yaitu selalu berupaya untuk
memaksimumkan keuntungan. Berdasarkan asumsi tersebut, seorang produsen akan
menggunakan faktor-faktor produksi (inputs)
sampai pada suatu batas dimana biaya dari satuan faktor terakhir sama dengan
nilai dari tambahan produk (output). Dengan kata lain, tingkat produksi akan
diupayakan sampai pada batas dimana nilai produk marjinal sama dengan harga
satuan masukan. Secara matematis, prinsip keuntungan maksimum tersebut dapat
dirumuskan sebagai (Swastika, 1999):
PX = Py.MPx
Dimana Px adalah
harga satuan faktor produksi X, Py adalah harga satuan produk, dan MPx adalah
produk marjinal dari faktor produksi X.
Teori di atas
berlaku untuk analisis statis. Dalam analisis dinamis penawaran tidak hanya
ditentukan oleh peubah-peubah ekonomi pada waktu yang sama, melainkan juga
ditentukan oleh peubah-peubah pada waktu sebelumnya. Seperti telah disebutkan
di atas, bahwa dalam sektor pertanian terdapat tenggang waktu antara pengambilan
keputusan produksi dengan realisasi produksi. Keputusan produksi harus dibuat
satu periode sebelum realisasi penjualan produk. Misalkan keputusan produksi
diambil pada waktu t didasarkan pada harga yang terjadi pada waktu t yaitu Pt.
karena produk tidak akan terealisasi pada waktu t, maka Pt tidak akan
mempengaruhi produksi pada tahun t atau Qt melainkan Qt+1. Jadi hal di atas
merupakan hubungan fungsional yang melibatkan tenggat waktu (lagged variabel). Secara matematis
bentuk hubungan fungsional tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut (Chiang,
1984):
Pada kenyataannya,
penawaran tahun ini juga dipengaruhi oleh penawaran dan harga faktor
produksi tahun sebelumnya, sehingga fungsi penawaran dalam model
menjadi:
Oleh: Ghia G. Vinansyah
Comments
Post a Comment