Kondisi Ekonomi Orang Tua - Pengertian, Kondisi, Faktor Yang Mempengaruhi serta Pengaruh Terhadap Pendidikan Perguruan Tinggi
Pengertian Orang Tua / Keluarga
Nasution
(2006, hlm 21) menjelaskan bahwa orang tua adalah setiap orang tua yang
bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau rumah tangga, yang dalam
penghidupan sehari-hari lazim disebut dengan ibu-bapak. Poerwodarminto (2002,
hlm.688) mengatakan, “Orang tua berarti ibu dan ayah kandung, orang yang sudah
tua, orang yang dianggap tua (pandai, cerdik)”. Berdasarkan pengertian di atas
orang tua adalah orang yang sudah tua atau di tuakan yang dianggap pandai dan
cerdik serta bertanggung jawab dalam suatu keluarga.
Sugeng
(2010, hlm.19) menjelaskan bahwa keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal
di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan, dalam
keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan, atau pengangkatan, dihidupnya dalam satu
rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing
menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.
Berdasarkan
pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga dalam penelitian ini adalah
sebuah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga yang
mempunyai peran masing-masing. Kaitannya dengan motivasi melanjutkan pendidikan
ke perguruan tinggi, keluarga bertanggung jawab penuh terhadap masa depan anak
yakni salah satunya melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Kondisi Ekonomi Keluarga/ Orang Tua
Kondisi
adalah pernyataan, keadaan atau sesuatu pernyataan yang dapat dilihat atau
dirasakan dan diukur oleh indera manusia (Poerwadarminto,2002, hlm.159).
Kondisi yang dimaksud dalam penelitian ini yakni suatu keadaan ekonomi orang
tua, sedangkan ekonomi menurut Poerwadarminto (2002, hlm 267) menjelaskan bahwa
ekonomi adalah urusan keuangan rumah tangga.
Berdasarkan
pemaparan diatas maka kondisi ekonomi adalah suatu keadaan ekonomi keluarga
yang bisa dirasakan atau diukur oleh indera manusia. Kondisi ekonomi setiap
orang itu berbeda-beda dan bertingkat, ada yang keadaan ekonominya tinggi,
sedang, dan rendah.
Kondisi
sosial ekonomi menurut Abdulsyani (2002, hlm.12) menjelaskan bahwa kondisi
sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi sesorang dalam kelompok manusia
yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan,
usia, jenis rumah tinggal, dan kekayaan yang dimiliki. Bintarto dalam Oktama
(2013, hlm.12) mengemukakan tentang pengertian kondisi sosial ekonomi
masyarakat adalah suatu usaha bersama dalam suatu masyarakat untuk
menanggulangi atau mengurangi kesulitan hidup, dengan lima parameter yang dapat
di gunakan untuk mengukur kondisi sosial ekonomi masyarakat yaitu usia, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan dan tingkat pendapatan.
Berdasarkan
pemaparan di atas kondisi ekonomi orang tua dapat diartikan sebagai keadaan
urusan keuangan keluarga, yang menjelaskan suatu keadaan yang dapat dilihat
indera manusia, mengenai keadaan dan kemampuan ekonomi orang tua seperti
pendapatan dan kekayaan yang dimiliki dalam memenuhi kebutuhannya.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kondisi Ekonomi Orang Tua
Ada
beberapa faktor yang dapat menentukan tinggi rendahnya keadaan ekonomi Orang
tua, dalam kajian penelitian ini akan dibatasi empat faktor yang melatar
belakangi kondisi ekonomi Orang tua yang berpengaruh terhadap motivasi siswa
melanjutkan ke perguruan tinggi yaitu latar pekerjaan orang tua, latar belakang
pendidikan orang tua, dan jumlah anggota keluarga.
Sunardi
dan Evers dalam Oktama (2013, hlm.20) memaparkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi pendapatan keluarga adalah sebagai berikut:
1)
Pekerjaan
Pekerjaan
akan berpengaruh langsung terhadap pendapatan, apakah jauh dari pekerjaan tersebut
dalam lahan basah, dalam arti lahan basah yang bisa cepat mendapatkan uang atau
dalam lahan yang sulit untuk memperoleh uang yang biasa disebut lahan kering.
2)
Pendapatan Keluarga
Badan
Pusat Statistik (2006, hlm.8) menjelaskan bahwa tingkat pendapatan adalah
jumlah penerimaan berupa uang atau barang yang dihasilkan oleh segenap orang
yang merupakan balas jasa untuk faktor-faktor produksi, ada 3 sumber penerimaan
rumah tangga yaitu:
a)
Pendapatan dari gaji dan upah yaitu balas jasa terhadap kesediaan orang menjadi
tenaga kerja.
b)
Pendapatan dari asset produktif yaitu asset yang memberikan pemasukan atas
balas jasa penggunaanya.
c)
Pendapatan dari pemerintah atau penerimaan transfer adalah pendapatan yang di
terima bukan sebagai balas jasa atau input yang di berikan.
Menurut
Sunardi dan Evers dalam (1982, hlm.20) menyebutkan, “Pendapatan adalah seluruh
penerimaan baik berupa barang maupun uang baik dari pihak lain maupun dari hasil
sendiri, dengan jalan dinilai dengan sejumlah uang atau harga yang berlaku saat
itu”. Uang atau barang tidak langsung kita terima sebagai pendapatan tanpa kita
melakukan suatu pekerjaan baik itu berupa jasa ataupun produksi. Pendapatan ini
digunakan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari demi kelangsungan hidup. Oleh
karena itu, setiap orang harus bekerja demi kelangsungan hidupnya dan
tanggungjawabnya seperti istri dan anak-anaknya.
Pendapatan
dapat diartikan sebagai hasil yang diterima seseorang karena orang itu bekerja
dan hasilnya bisa berupa uang atau barang. Pendapatan orang tua adalah hasil
yang diterima orang tua dari hasil bekerja, baik dari pekerjaan pokok maupun
pekerjaan sampingan yang berupa uang atau barang yang dinilai dengan uang.
3)
Pendidikan
Tingkat
pendidikan akan berpengaruh pula pada pendapatan. Dalam jenis pekerjaan yang
sama, yang memerlukan pikiran untuk mempekerjakannya, tentunya orang yang
memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih cepat untuk menyelesaikan
pekerjaannya dibandingkan orang yang berpendidikan rendah. Hal demikian
tentunya akan berpengaruh pada penghasilan. Menurut Doriza (2015:27) efek
pendidikan pada pendapatan dapat dilihat dalam tabel berikut ini yaitu :
4)
Jumlah anggota keluarga
Jumlah
anggota keluarga akan berpengaruh terhadap perolehan pendapatan keluarga.
Semakin banyak anggota keluarga yang bekerja semakin banyak pula pendapatan
yang diperoleh keluarga, namun akan terjadi sebaliknya bila yang bekerja
sedikit sedang upah yang diterima sedikit, sedangkan jumlah tanggungan banyak
tentunya akan memberatkan.
Besar
kecilnya tingkat pendapatan akan berpengaruh pada kelangsungan pendidikan anak,
karena pendidikan membutuhkan biaya. Semakin tinggi jenjang pendidikan semakin
besar biaya pendidikannya. Pendapatan seorang antara yang satu dengan yang
lainnya berbeda-beda sesuai dengan pekerjaan, pendidikan dan jumlah anggota
keluarganya.
Berdasarkan
pemaparan di atas bisa diartikan keluarga yang kemampuan ekonominya tinggi
cenderung lebih mudah untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, seperti kebutuhan
makan akan lebih diperhatikan dengan makanan yang bergizi. Demikian pula dalam
pemenuhan kebutuhan akan pendidikan, orang tua akan berusaha memberikan
pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Setiap keluarga memiliki pengeluaran
yang berbeda satu sama lain tergantung pada pendapatan yang diperolehnya.
Semakin besar pendapatan biasanya semakin besar pula pengeluaran yang
dikeluarkannya. Artinya besar pendapatan berbanding linear dengan besarnya pengeluaran.
Hal ini dikarenakan semakin banyak pula yang diinginkan dalam pemenuhan
kebutuhan.
Pengaruh Kondisi Ekonomi Orang Tua Terhadap Motivasi Siswa Melanjutkan
Pendidikan Ke Perguruan Tinggi
Undang-Undang
Republik Indoneisa Nomor. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menjelaskan bahwa pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah
yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat
yang memiliki kemampuan akademik dan atau profesional yang dapat menerapkan,
mengembangkan dan atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan atau
kesenian, dengan adanya Undang-Undang tersebut maka semua menjadi tahu kalau
pendidikan tidak hanya berhenti sampai pendidikan menengah saja, tetapi masih
ada lagi pendidikan di atas itu yakni pendidikan tinggi.
Hal itu yang mendorong
siswa untuk melanjutkan pendidikan sampai setinggi mungkin, dengan menempuh
pendidikan sampai pendidikan tinggi, siswa dapat mengembangkan bakat,
keterampilan dan pengetahuan yang mereka miliki sebagai bekal untuk
berprestasi, mencapai cita-cita yang mereka harapkan. Fenomena yang terjadi,
kebanyakan orang tua menginginkan anaknya menjadi orang yang sukses baik dalam
pendidikan maupun karirnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidupnya menjadi
lebih baik.
Namun demikian, “Walaupun motivasi yang ada dalam diri anak atau
siswa sangat kuat jika kondisi ekonomi orang tuanya kurang mendukung, maka akan
menghambat motivasi anak dalam mencapai semua keinginan-keinginannya tersebut”.
(Soemanto dalam Pujiati, 2006, hlm.30).
Kondisi
ekonomi yang dimaksud dalam penelitan ini meliputi tingkat pendapatan dan
pekerjaan orang tua. Semakin tinggi tingkat pendapatan orang tua, maka
siswa akan semakin termotivasi untuk melanjutkan pendidikannya karena tingkat
pendapatan orang tua akan berperan dalam mendukung pembiayaan, penyediaan
sarana dan prasarana bagi kelancaran pendidikan anak-anaknya.
Pekerjaan orang
tua yang dimaksud adalah kemampuan orang tua untuk membiayai pengeluaran dan
memenuhi kebutuhan hidup, baik kebutuhan jasmani maupun rohani. Bagi keluarga
yang memiliki pekerjaan baik/bagus,maka ekonominya cenderung tinggi dan dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa kesulitan yang berarti. Demikian juga dalam
pemenuhan kebutuhan akan pendidikan.
Berdasarkan
uraian diatas, maka diketahui bahwa kondisi ekonomi orang tua yang baik akan
berpengaruh terhadap motivasi anak (siswa) untuk melanjutkan pendidikan ke
perguruan tinggi. “Bagi orang tua yang mempunyai kondisi sosial dan kondisi
ekonomi yang kuat atau tinggi tentu tidak akan merasa berat untuk membiayai
pendidikan anak-anaknya sampai dengan jenjang tertinggi”. (Sumardi dalam
Pujiati, 2006, hlm.35).
Sumber:
http://repository.unpas.ac.id/30347/4/13.%20BAB%20II.pdf
Comments
Post a Comment