Kontribusi Sektor Industri
Pengolahan dalam Pembangunan
Chenery (dalam Tambunan, 2001)
menyatakan, meskipun pelaksanaannya sangat bervariasi antar banyak negara,
industrialisasi merupakan tahapan logis dalam proses perubahan struktur
ekonomi. Tahapan ini, secara empiris ditunjukkan dalam kenaikan kontribusi
sektor manufaktur dalam permintaan konsumen, total output (PDB), ekspor dan
penyerapan tenaga kerja. Industri mempunyai peranan dalam pembentukan
struktural perekonomian suatu negara. Tolok ukurnya antara lain :
1) kontribusi
sektor industri pengolahan (manufakturing) terhadap PDB,
2) penyerapan
tenaga kerja, dan
3) kontribusi
komoditas industri terhadap barang dan jasa (Arsyad, 2010).
Bahkan menurut Teori Kaldor
Pertama, industri adalah mesin pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan sektor
non-industri tergantung pada pertumbuhan sektor industri (Priyarono, 2011).
Pertumbuhan yang tinggi output sektor industri menarik tenaga kerja dari sektor
yang mempunyai produktivitas rendah.
Proses ini akan mengarahkan kepada
peningkatan produktivitas di seluruh sektor dan karenanya akan mengarahkan pada
peningkatan produktivitas keseluruhan perekonomian yang berarti peningkatan
pertumbuhan perekonomian. Proses transfer ini biasanya disebut transisi ekonomi
dari pertumbuhan ekonomi immature level ke intermediate level.
Sektor industri biasanya
mempunyai kaitan kuat ke hilir dan ke hulu (strong backward and forward
linkages). Sektor ini akan menarik sektor hulu melalui penggunaan output sektor
hulu sebagai input. Selanjutnya output sektor ini akan menjadi input bagi
proses pada sektor-sektor di hilir.
Hukum Kaldor Dua, yang disebut juga Hukum
Kaldor-Verdoorn menyatakan bahwa produktivitas pada sektor industri secara
positif berhubungan dengan pertumbuhan output sektor. Sedangkan Hukum Kaldor
Tiga menyatakan bahwa produktivitas sektor non-industri secara positif
berhubungan dengan pertumbuhan output sektor industri.
Menurut Tambunan (2006), pada
tingkat makro, kontribusi industri dapat dilihat dari indikator-indikator :
1) besarnya
nilai tambah sektor industri dan rata-rata pertumbuhannya per tahun,
2) pangsa
PDB atau PDRB sektor industri manufaktur atau secara relatif terhadap pangsa
PDB atau PDRB sektor-sektor lain,
3) nilai
tambah sektor industri pengolahan per kapita dan rata-rata pertumbuhannya per
tahun,
4) besarnya
ekspor manufaktur, atau secara relatif terhadap ekspor sektor-sektor lain, dan
5) pangsa
ekspor manufaktur di dalam total ekspor atau ekspor non-migas.
Kinerja Sektor Industri
Pengolahan
Kinerja sektor industri
pengolahan dalam pembangunan ditunjukkan oleh indikator-indikator pertumbuhan
sektor, kontribusi sektor, pangsa tenaga kerja, dan PDRB per kapita sektor
industri pengolahan.
a. Pertumbuhan
sektor
Pertumbuhan
sektor dapat dihitung dengan menghitung peningkatan nilai tambah sektor
industri pengolahan, melalui Persamaan 2.20 berikut:
b. Kontribusi
sektor dalam pembentukan PDRB
Kontribusi
sektor industri pengolahan dalam pembetukan PDRB adalah rasio antara PDRB yang
dihasilkan oleh sektor industri pengolahan terhadap PDRB seluruh sektor, dan
dapat ditulis sebagaimana Persamaan 2.21 (Widodo, 1990):
c. Kontribusi
pangsa tenaga kerja
Kontribusi
pangsa tenaga kerja sektor industri pengolahan adalah rasio jumlah tenaga kerja
yang diserap oleh sektor industri pengolahan terhadap total tenaga kerja yang
diserap oleh keseluruhan sektor yang dapat dihitung dengan Persamaan 2.22:
d. PDRB
per kapita
PDRB per
kapita sektor pertanian atas dasar harga konstan adalah PDRB sektor pertanian
atas dasar harga konstan dibagi jumlah penduduk pada pertengahan tahun,
sebagaimana diformulasikan Persamaan 2.23:
Baca Juga: Kontribusi dan Kinerja Sektor Pariwisata
Sumber:
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/6fdcf13438d4598d1fb41bbdf70eacf0.pdf
Comments
Post a Comment