Pertumbuhan Ekonomi Wilayah - Pengertian, Teori, dan Struktur




a.       Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Wilayah
        Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang terjadi. Penghitungan pendapatan wilayah pada awalnya dibuat dalam harga berlaku, namun agar dapat melihat pertambahan dari satu waktu ke waktu berikutnya, harus dinyatakan dalam nilai riil, artinya dalam harga konstan.Salah satu indikator pertumbuhan ekonomi wilayah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

        Pendapatan wilayah menggambarkan balas jasa bagi faktor-faktor produksi yang beroperasi di daerah tersebut (tanah, modal, tenaga kerja, dan teknologi), yang berarti secara kasar dapat menggambarkan kemakmuran daerah tersebut. Menurut Boediono, pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Jadi, persentase pertambahan output itu haruslah lebih tinggi dari persentase pertambahan jumlah penduduk dan ada kecenderungan dalam jangka panjang bahwa pertumbuhan itu akan berlanjut.




b.      Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah
1) Teori Pertumbuhan Jalur Cepat (Turnpike)
        Teori pertumbuhan jalur cepat (turnpike) diperkenalkan oleh Samuelson pada tahun 1955. Menurut teori ini setiap negara/wilayah perlu melihat sektor/komoditi apa yang memiliki potensi besar dan dapat dikembangkan dengan cepat, baik karena potensi alam maupun karena sektor itu memiliki kemampuan daya saing untuk dikembangkan. Artinya, dengan kebutuhan modal yang sama sektor tersebut dapat memberikan nilai tambah yang lebih besar, dapat berproduksi dalam waktu yang relatif singkat dan volume sumbangan untuk perekonomian juga cukup besar.

        Agar pasarnya terjamin, produk tersebut harus dapat menembus dan mampu bersaing pada pasar luar negeri. Perkembangan sektor tersebut akan mendorong sektor lain turut berkembang sehingga perekonomian secara keseluruhan akan tumbuh.

2) Teori Pertumbuhan Wilayah Berbasis Sumber Daya Alam
        Teori ini menjelaskan bahwa pengembangan ekonomi suatu wilayah sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh potensi kekayaan sumber daya alam (resource endowment atau factor endowment) yang dimiliki.

        Suatu wilayah yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang potensial, umumnya perkembangan ekonominya lebih maju dibandingkan wilayah yang sumber dayanya kurang.Faktor produksi terdiri dari tanah (land), tenaga kerja (labour), dan modal (capital).Sumber daya alam adalah tanah dengan segala potensi kekayaan yang terkandung di dalamnya (pertanian dalam arti luas, pertambangan, dan lainnya). Selain dari potensi kekayaan sumber daya yang dimiliki, harus ada permintaan terhadap komoditas yang dihasilkan oleh sumber daya alam tersebut.

        Dari output yang dihasilkan akan diperoleh pendapatan. Selisih dari pendapatan dikurangi konsumsi adalah tabungan yang semakin meningkat, yang selanjutnya disalurkan kepada investasi, akan digunakan sebagai modal untuk meningkatkan produksi komoditas-komoditas, demikianlah proses pertumbuhan ekonomi berlangsung secara berkesinambungan.  

        Besarnya permintaan dipengruhi oleh jumlah penduduk (yang mendorong bertambahnya jumlah kebutuhan dalam berbagai jenis dan kualitas barang), tingkat pendapatan dan distribusi pendapatan, yang relative berimbang antara penduduk berpendapatan tinggi, sedang dan rendah memperlihatkan permintaan yang cukup besar sehingga akan mendorong perekonomian bertumbuh semakin maju.

3) Teori Sektor
        Salah satu teori pertumbuhan ekonomi wilayah adalah teori sektor. Teori ini dikembangkan berdasarkan hipotesis Clark Fisher yang mengemukakan bahwa kenaikan pendapatan per kapita akan dibarengi oleh penurunan dalam proporsi sumberdaya yang digunakan dalam sektor pertanian (sektor primer) dan kenaikan dalam sektor industri manufaktur (sektor sekunder) dan kemudian dalam industri jasa (sektor tersier), dianggap sebagai determinan utama dari perkembangan suatu wilayah.

        Suatu perluasan dari teori sektor ini adalah teori tahapan (stages theory), yang menjelaskan bahwa perkembangan wilayah adalah merupakan proses evolusioner internal dengan tahapantahapan sebagai berikut.

·         Tahapan perekonomian subsistem swasembada dimana hanya terdapat sedikit investasi atau perdagangan. Sebagaian besar penduduk bekerja pada sektor pertanian;

·  Dengan kemajuan transportasi di wilayah yang bersangkutan akan mendorong perdagangan perdagangan dan spasialisasi. Industri pedesaan masih bersifat sederhana (tradisional) untuk memenuhi kebutuhan para petani;

·  Dengan bertambah majunya perdagangan antar wilayah, maka wilayah yang maju akan memprioritaskan pada pengembangan sub sektor tanaman pangan, selanjutnya diikuti oleh sub-sub sektor peternakan dan perikanan;

·   Industri sekunder berkembang, pada permulaan mengolah produk-produk primer, kemudian diperluas dan makin lebih berspesialisasi;

·  Pengembangan industri tersier (jasa) yang melayani permintaan dalam wilayah maupun di luar wilayah.




c.       Struktur Ekonomi Wilayah
        Bila struktur perekonomian suatu wilayah/daerah didominasi oleh kegiatan pertanian, maka arah pembangunan juga disesuaikan dengan struktur perekonomian daerah tersebut.Demikian pula sebaliknya apabila perekonomian daerah sudah mulai didominasi oleh sektor industri atau jasa, maka kebijakan pembangunan daerah juga harus difokuskan pada kegiatan tersebut.

        Selain itu, analisis tentang struktur ekonomi daerah juga dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kemajuan pembangunan dengan melihat pada kemajuan perubahan struktur ekonomi daerah bersangkutan.Suatu perekonomian dikatakan sudah maju apabila kontibusi sektor industri sudah lebih tinggi dari sektor pertanian dan demikian pula sebaliknya.Alasannya adalah karena sektor industri merupakan kegiatan ekonomi yang sudah maju dan menggunakan teknologi modern sehingga tingkat produktivitas kerja juga menjadi lebih tinggi.

        Pengukuran struktur ekonomi daerah dapat dilakukan secara sederhana yaitu dengan menghitung kontribusi masing-masing sektor dalam nilai PDRB daerah bersangkutan. Kontribusi sektoral dalam PDRB tersebut dengan mudah dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :



        Seandainya dari hasil penghitungan ternyata kontribusi sektor pertanian adalah yang paling tinggi (dominan), ini berarti struktur ekonomi daerah tersebut masih bersifat agraris (tradisional). Akan tetapi apabila ternyata hasil penghitungan menunjukkan bahwa kontribusi sektor industri adalah yang tertinggi, maka daerah tersebut dapat dikatakan sebagai daerah industri (modern). Perlu dicatat disini yang dimaksud dengan industri bukan hanya sektor industri pengolahan saja (manufacturing), tetapi juga termasuk sektor pertambangan serta listrik dan air minum.


Baca Juga:Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
                  Konsep Pertumbuhan Ekonomi
                   Konsep Pembangunan Ekonom
                   Pembangunan Ekonomi Daerah
                   Pertumbuhan Ekonomi




Sumber:
Skripsi PENGARUH SUB SEKTOR TANAMAN HORTIKULTURA TERHADAP PENINGKATAN PDRB SEKTOR PERTANIAN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM. oleh Endah Suryani. FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG 1439 H / 2018 M.

Comments

Post Page Ad

mid ad

Bottom Ad