Indikator yang biasanya digunakan untuk mengukur adanya perubahan sektor ekonomi adalah sumbangan atau peran (share) yang diberikan oleh masing- masing sektor. Indikator ini dapat juga digunakan untuk menganalisa sektor mana yang paling besar kontribusinya terhadap PDRB (Widodo 1996:36).
Perubahan struktur ekonomi
biasanya ditunjukan dengan perkembangan kontribusi antar sektor pertanian
dibandingkan sektor industri. Ditegaskan bahwa pembangunan jangka panjang harus
mampu membawa perubahan yang fundamental dalam struktur ekonomi. Pembangunan
ekonomi yang maju dicirikan dengan
peralihan dari sektor pertanian ke sektor industri dan sektor jasa-jasa.
Setiap daerah memiliki
kemampuan yang berbeda-beda dalam menarik investor untuk berinvestasi di
daerahnya, hal ini jelas akan berpengaruh pada kemampuan daerah untuk bertumbuh
sekaligus menciptakan perbedaan kemampuan dalam menghasilkan pendapatan.
Investasi akan lebih menguntungkan bila dialokasikan pada daerah yang dinilai
dapat menghasilkan “return” yang besar dalam jangka waktu yang relatif
singkat. Mekanisme pasar yang demikian justru akan menyebabkan ketidakmerataan,
daerah yang relatif maju akan bertumbuh dengan cepat meninggalkan daerah yang pertumbuhannya
relatif lambat.
Hal tersebut dapat menyebabkan timbulnya ketimpangan pendapatan sehingga diperlukan suatu perencanaan kebijakan yang matang dari pemerintah dalam rangka mengarahkan alokasi investasi menuju kemjuan ekonomi yang berimbang di seluruh wilayah dalam negara.
Hal tersebut dapat menyebabkan timbulnya ketimpangan pendapatan sehingga diperlukan suatu perencanaan kebijakan yang matang dari pemerintah dalam rangka mengarahkan alokasi investasi menuju kemjuan ekonomi yang berimbang di seluruh wilayah dalam negara.
Menurut Wie (1981),
pertumbuhan ekonomi yang pesat pada umumnya disertai pembagian pendapatan yang
semakin timpang. Negara yang semata-mata hanya menekankan pada pertumbuhan
ekonomi, tanpa memperhitungkan pendistribusian pendapatan negaranya akan
memunculkan ketimpangan-ketimpangan diantaranya:
1. Ketimpangan pendapatan antar golongan atau
ketimpangan relatif, ketimpangan pendapatan antar golongan ini biasanya diukur
dengan menggunakan koefisien gini. Kendati koefisien gini bukan merupakan koefisien
yang ideal untuk mengukur ketimpangan pendapatan antar berbagai golongan, namun
sedikitnya angka ini dapat memberikan gambaran mengenai kecenderungan umum
dalam pola distribusi pendapatan.
2. Ketimpangan antar masyarakat kota dengan
masyarakat pedesaan, ketimpangan dalam distribusi pendapatan dapat juga ditinjau
dari segi perbedaan perolehan pendapatan antar masyarakat desa dengan
masyarakat kota (urban-rural income disparieties). Untuk membedakan hal
ini, digunakan dua indikator pertama dibandingkan antara tingkat pendapatan didaerah
pedesaan dan perkotaan. Kedua, disparitas pendapatan daerah pedesaan dan
perkotaan.
3. Ketimpangan distribusi pendapatan antar
daerah, satu kajian sisi lain dalam melihat ketimpangan-ketimpangan pendapatan
nasional adalah ketimpangan dalam pertumbuhan ekonomi antar daerah di berbagai
daerah di Indonesia, yang mengakibatkan pola terjadinya ketimpangan pendapatan antar
daerah (region income disparieties). Ketimpangan pendapatan ini disebabkan
oleh penyebaran sumberdaya alam yang tidak merata serta dalam laju pertumbuhan
daerah dan belum berhasilnya usaha-usaha perubahan yang merata antar daerah di
Indonesia.
Todaro (2003: 99) mengatakan
bahwa pada tahap awal pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan cenderung
memburuk, namun pada tahap selanjutnya distribusi pendapatan akan membaik.
Observasi inilah yang dikenal dengan “U Hypothesis” atau kurva Kuznets “U-terbalik”,
karena perubahan longitudinal (time-series) dalam distribusi pendapatan.
Hipotesa ini dihasilkan oleh kajian empiris yang diambil dari pola pertumbuhan
sejumlah negara di dunia, bahwa pada tahap-tahap awal pertumbuhan ekonomi
terjadi trade-off antara pertumbuhan dan pemerataan.
Lambat laun sejalan dengan pertumbuhan pembangunan ekonomi setelah mencapai tahap tertentu ketimpangan tersebut akan menghilang digantikan dengan hubungan korelasi positif antara pemerataan dan pertumbuhan. Pola tersebut timbul karena pada tahap awal pembangunan cenderung lebih dipusatkan pada sektor modern yang sedikit menyerap tenaga kerja.
Lambat laun sejalan dengan pertumbuhan pembangunan ekonomi setelah mencapai tahap tertentu ketimpangan tersebut akan menghilang digantikan dengan hubungan korelasi positif antara pemerataan dan pertumbuhan. Pola tersebut timbul karena pada tahap awal pembangunan cenderung lebih dipusatkan pada sektor modern yang sedikit menyerap tenaga kerja.
Sektor modern bertumbuh dengan cepat meninggalkan sektor
tradisional (sektor pertanian). Kesenjangan antar sektor modern dan sektor
tradisional ini menyebabkan adanya ketimpangan. Ketimpangan pendapatan cenderung tinggi karena
sebahagian besar penduduk masih berpendapatan rendah, dan sektor modern telah
berkembang tanpa perubahan struktur produksi dan alokasi tenaga kerja yang
sesuai untuk suatu pertumbuhan ekonomi modern secara menyeluruh.
Sumber:
http://eprints.ums.ac.id/60128/7/Bab%202.pdf
Comments
Post a Comment