Munculnya
teknologi komunikasi pada hakikatnya didorong kebutuhan manusia yang kini
berada dalam era digital, yang menuntut penyampaian pesan komunikasi yang cepat
sehingga lebih menghemat waktu dan tenaga. Menurut Siregar (2001) dalam
(Noegroho, 2010) Kemajuan suatu moda komunikasi merupakan ikutan dari perubahan
pola “gerak” dalam kehidupan masyarakat.
Teknologi
komunikasi sekarang telah berhasil mengintegrasikan teknologi telekomunikasi,
teknologi informasi, dan teknologi multimedia atau telematika. Penggabungan
teknologi komputer dan telekomunikasi melahirkan suatu fenomena yang menggubah
konfigurasi model komunikasi konvensional, dengan melahirkan kenyataan dimensi
ketiga. Jika dimensi pertama adalah kenyataan kertas dalam kehidupan empiris (hard
reality), dimensi kedua merupakan kenyataan dalam kehidupan simbolik dan
nilai-nilai yang dibentuk (soft reality), maka dimensi ketiga dikenal
kenyataan maya (virtual reality) yang melahirkan suatu format masyarakat
lainya.
Masyarakat yang dibentuk dalam kenyataan virtual disebut masyarakat cyber
(cyber society), dari hal itu dikenal ruang cyber (cyber space) (Siregar,
2001) dalam Noegroho (2010:6). Dimensi ketiga inilah yang melahirkan media
sosial yang merupakan salah satu media massa sebagai sarana komunikasi yang
dengan cepat keberadaanya menggantikan alat komunikasi tradisional. Walaupun
hingga saat ini alat komunikasi juga masih banyak digunakan oleh banyak
khalayak.
Penelitian
ini menunjukan kecenderungan khalayak untuk memilih, menginterprestasi, serta mengingat
gambaran yang konsisten untuk menetapkan sikap dan pilihan mereka dalam
menggunakan media sosial. Dalam memilih media social, khalayak tidak selalu
memiliki kontrol atas terpaan media social terhadap mereka. Terpaan media
social tidak hanya menunjukan sejauh mana isi media berhasil memberikan
kepuasan pada tataran emosional khalayak tetapi pola di dalam seleksi media
juga merupakan refleksi dari sejauh mana khalayak menganggap pesan yang
disampaikan oleh media berguna untuk mencapai tujuan, informative, dan
konsisten dengan sikap atau kepercayaan yang dimiliki.
Dalam
penelitian ini terpaan selektif dapat diasumsikan sebagai sebuah teori
komunikasi yang mengatakan bahwa individu lebih suka terpaan kepada argument
yang mendukung posisi mereka, daripada yang mendukung posisi lainya. Yang
berarti dalam penelitian ini dapat di artikan pengguna media social menggunakan
media social yang sesuai dengan keinginan ataupun sebagai sarana komunikasi
yang sesui dengan kebutuhan mereka.
Sebagai
konsumen media social yang memilki banyak pilihan untuk menerpa diri mereka
terhadap media media social apa yang mereka gunakan, mereka cenderung memilih
media social yang menghargai ide-ide mereka dan menolak informasi yang menolak
opini mereka. Oleh karena itu, mereka memilih media social yang berbeda yang
menyetujui pendapat dan opini mereka, sehingga mereka tidak harus berhubungan
dengan berbagai bentuk disonansi/ ketidakcocokan.
Baca juga: Hubungan Status Sosial Ekonomi dengan Penggunaan Media Sosial
Status Sosial Ekonomi
Media Massa dan Perilaku Selektif serta Kecenderungan Pemilihan Media
Media Sosial
Revolusi Media Informasi Komunikasi
Media Sosial
Revolusi Media Informasi Komunikasi
Sumber:
http://eprints.umm.ac.id/37053/3/jiptummpp-gdl-fitriaherm-50780-3-babii.pdf
Comments
Post a Comment