Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi Daerah - faktor penghambat analisis perekonomian, permasalahan pembangunan ekonomi daerah, teori pembangunan daerah



        Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses yang mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri altenatif, perbaikan kapasita tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih pengetahuan dan teknologi, serta pengembangan usaha-usaha baru.

        Tujuan utama dari setiap pembangunan ekonomi daerah adalah untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah.Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakatnya harus bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah.Oleh karena itu, pemerintah daerah dengan partisipasi masyarakatnya, dengan dukungan sumber daya yang ada harus mampu menghitung potensi sumber daya-sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun ekonomi daerahnya.

        Pengembangan metode untuk menganalisi suatu perekonomian suatu daerah penting sekali kegunaannya sebagai sarana mengumpulkan data tentang perekonomian daerah yang bersangkutan serta prosespertumbuhannya. Pengembangan metode analisis ini kemudian dapat dipakai sebagai pedoman untuk menentukan tindakan-tindakan apa yang harus diambil guna mempercepat laju pertumbuhan yang ada. Akan tetapi di pihak lain harus diakui bahwa menganalisis perekonomian suatu daerah sangat sulit (Arsyad, 1999). Adapun faktor yang sering menjadi penghambat dalam melakukan analisis perekonomian, diantaranya :

1.  Data tentang daerah sangat terbatas terutama jika daerah dibedakan berdasarkan pengertian daerah nodal (berdasarkan fungsinya).
2.   Data yang dibutuhkan umumnya tidak sesuai dengan data yang dibutuhkan untuk analisis daerah, karena data yang terkumpul biasanya  ditujukan untuk memenuhi kebutuhan analisis perekonomian secara nasional.
3.    Data tentang perekonomian daerah sangat sukar dikumpulkan sebab perekonomian daerah lebih terbuka jika dibandingkan dengan perekonomian nasional. Hal tersebut menyebabkan data tentang aliran-aliran yang masuk dan keluar dari suatu daerah sulit diperoleh.
4.  Bagi negara yang sedang berkembang, disamping kekurangan data sebagai kenyataan yang umum, data yang terbatas itu pun banyak yang kurang akurat dan terkadang relatif sulit dipercaya, sehingga menimbulkan kesulitan untuk melakukan analisis yang memadai tentang keadaan perekonomian yang sebenarnya di suatu daerah.

         Dalam pembangunan ekonomi daerah tidak pernah lepas dari berbagai permasalahan. Beberapa permasalahan yang terjadi dalam pembangunan ekonomi daerah :

      a.       Ketimpangan Pembangunan Sektor Industri
        Konsentrasi kegiatan ekonomi yang tinggi di daerah tertentu merupakan salah satu faktor     yang menyebabkan terjadinya ketimpangan pembangunan antar daerah.Pertumbuhan ekonomi   di daerah dengan konsentrasi ekonomi yang tinggi cenderung pesat, sedangkan daerah yang   konsentrasi ekonominya rendah ada kecenderungan tingkat pembangunan dan pertumbuhan   ekonominya juga rendah.

b.       Kurang Meratanya Investasi.
        Menurut Harrold-Domar, ada korelasi positif antara tingkat investasi dengan laju pertumbuhan ekonomi, sehingga dengan kurangnya investasi di suatu daerah membuat pertumbuhan dan tingkat pendapatan per kapita masyarakat di daerah tersebut rendah. Hal ini dikarenakan tidak adanya kegiatan-kegiatan ekonomi yang produktif seperti industri manufaktur.
       Terhambatnya perkembangan investasi di daerah disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya kebijakan dan birokrasi yang selama orde baru terpusat, keterbatasan infrastruktur dan sumber daya manusia di daerah lain, terutama daerah-daerah di luar jawa.

c.   Tingkat Mobilitas Faktor Produksi yang Rendah
        Kurang lancarnya mobilitas faktor produksi seperti tenaga kerja dan kapasitas antar daerah juga merupakan penyebab terjadinya ketimpangan ekonomi regional. Hal ini dikarenakan perbedaan laju pertumbuhan ekonomi antar daerah membuat terjadinya perbedaan tingkat pendapatan per kapita daerah, dengan asumsi bahwa mekanisme pasar output dan input bebas (tanpa distorsi) mempengaruhi mobilitas faktor produksi antar daerah.

d.   Perbedaan Sumber Daya Alam (SDA)
        Pemikiran klasik yang menyatakan bahwa pembangunan ekonomi daerah yang kaya SDA akan lebih maju dan masyarakatnya lebih makmur dibandingkan dengan daerah yang miskin SDA. Hingga tingkat tertentu pendapat tersebut dapat dibenarkan, dalam arti sumber daya manusia dilihat hanya sebagai modal awal untuk pembangunan, dan selanjutnya harus diekmbangkan terus menerus. Dan untuk itu diperlukan faktor-faktor lain, dia antaranya adalah faktor teknologi dan sumber daya manusia.

e.   Perbedaan Demografis
         Ketimpangan ekonomi regional di Indonesia juga disebabkan oleh perbedaan kondisi geografis antara daerah.Kondisi ini berpengaruh terhadap jumlah dan pertumbuhan penduduk, tingkat kepadatan penduduk, pendidikan, kesehatan, kedisiplinan, dan etos kerja.Faktor-faktor ini mempengaruhi tingkat pembangunan dan pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan dan penawaran.
        Disisi permintaan, jumlah penduduk yang besar merupakan potensi besar bagi pertumbuhan pasar, yang berarti faktor pendorong bagi pertumbuhan kehitan ekonomi.Dari sisi penawaran, jumlah penduduk yang besar dengan pendidikan dan kesehatan yang baik, disiplin dan etos kerja yang tinggi merupakan aset penting bagi produksi.

f.    Kurang Lancarnya Perdagangan antar Daerah
         Kurang lancarnya perdagangan antar daerah juga merupakan faktor yang turut menciptakan ketimpangan ekonomi regional Indonesia.Tidak lancarnya perdagangan antar daerah disebabkan oleh keterbatasan transportasi dan komunikasi.Jadi, tidak lancarnya arus barang dan jasa antar daerah mempengaruhi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi suatu daerah dari sisi permintaan dan penawaran.

       Adapun beberapa teori dalam pembangunan daerah yang berhubungan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a.   Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory).

        Teori basis ekonomi ini dikemukakan oleh Harry W. Richardson (1973) dalam Arsyad (1999: 116) yang menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Dalam penjelasan selanjutnya dijelaskan bahwa pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk ekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation). Asumsi ini memberikan pengertian bahwa suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga dapat menghasilkan ekspor (Suyatno 2000:146).

        Ada serangkaian teori ekonomi sebagai teori yang berusaha menjalankan perubahan-perubahan regional yang menekankan hubungan antara sektor-sektor yang terdapat dalam perekonomian daerah.Teori yang paling sederhana dan populer adalah teori basis ekonomi (economic base theory). Menurut Glasson (1990:63-64), konsep dasar basis ekonomi membagi perekonomian menjadi dua sektor yaitu:
1)      Sektor-sektor basis adalah sektor-sektor yang mengekspor barang-barang dan jasa ke tempat di luar batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan atas masukan barang dan jasa mereka kepada masyarakat yang datang dari luar perbatasan perekonomian masyarakat yang bersangkutan.
2)      Sektor-sektor bukan basis adalah sektor-sektor yang menjadikan barang-barang yang dibutuhkan oleh orang yang bertempat tinggal di dalam batas perekonomian masyarakat bersangkutan. Sektor-sektor tidak mengekspor barang-barang. Ruang lingkup mereka dan daerah pasar utama adalah bersifat lokal.

         Secara implicit pembagian perekonomian regional yang dibagi menjadi dua sektor tersebut terdapat hubungan sebab-akibat dimana keduanya kemudian menjadi pijakan dalam membentuk teori basis ekonomi. Bertambahnya kegiatan basis di suatu daerah akan menambah permintaan terhadap barang dan jasa yang dihasilkan, akibatnya akan menambah volume kegiatan bukan basis. Sebaliknya semakin berkurangnya kegiatan basis akan menurunkan permintaan terhadap produk dari kegiatan bukan basis yang berarti berkurangnya pendapatan yang masuk ke daerah yang bersangkutan. Dengan demikian kegiatan basis mempunyai peran sebagai penggerak utama.

b.   Teori Tempat Sentral (central place theory)

         Teori Tempat Sentral (central place theory) menganggap bahwa ada hirarki tempat dimana setiap tempat sentral didukung oleh sejumlah tempat lebih kecil yang menyediakan sumberdaya (industri dan bahan baku). Tempat sentral tersebut merupakan suatu pemukiman yang menyediakan jasa-jasa bagi penduduk daerah yang mendukungnya. Teori tempat sentral memperlihatkan bagaimana pola-pola lahan dari industri yang berbeda-beda terpadu membentuk suatu sistem regional kota-kota (Soepono, 2000:415).

          Teori tempat sentral ini bisa diterapkan pada pembangunan ekonomi daerah, baik di daerah perkotaan maupun daerah pedesaan. Misalnya, perlunya melakukan pembedaan fungsi antara daerah-daerah yang bertetangga (berbatasan). Beberapa daerah bisa menjadi wilayah penyedia jasa sedangkan daerah lainnya hanya sebagai wilayah pemukiman. Seorang ahli pembangunan ekonomi daerah dapat membantu masyarakat untuk mengembangkan peranan fungsional mereka dalam sistem ekonomi daerah.

c.   Teori Interaksi Spasial

         Merupakan arus gerak yang terjadi antara pusat-pusat pelayanan baik berupa barang, penduduk, uang maupun yang lainnya. Untuk itu perlu adanya hubungan antar daerah satu dengan yang lain karena dengan adanya interaksi antar wilayah maka suatu daerah akan saling melengkapi dan bekerja sama untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonominya.

         Dalam teori ini didasarkan pada teori gravitasi, dimana dijelaskan bahwa interaksi antar dua daerah merupakan perbandingan terbalik antara besarnya massa wilayah yang bersangkutan degan jarak keduanya. Dimana massa wilayah diukur dengan jumlah penduduk. Model interaksi spasial ini mempunyai kegunaan untuk:
1)      Menganalisa gerakan antar aktivitas dan kekuatan pusat dalam suatu daerah.
2)      Memperkirakan pengaruh yang ada dan ditetapkannya lokasi pusat pertumbuhan terhadap daerah sekitarnya.

         Interaksi antar kelompok masyarakat satu dengan kelompok masyarakat lain sebagai produsen dan konsumen serta barang-barang yang diperlukan menunjukan adanya gerakan. Produsen suatu barang pada umumnya terletak pada tempat tertentu dalam ruang geografis, sedangkan para langganannya tersebar dengan berbagai jarak di sekitar produsen.



                     Konsep Pembangunan Ekonom
                     Pembangunan Ekonomi Daerah
                    Pertumbuhan Ekonomi Wilayah
                    Pertumbuhan Ekonomi


Sumber:
http://abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/F0111006_bab2.pdf

Comments

Post Page Ad

mid ad

Bottom Ad