Vertikultur - pengertian, tujuan, bentuk, kelebihan, media tanam, tanaman yang dibudidayakan, langkah-langkah Teknik Vertikultur





Vertikultur berasal dari bahasa inggris, yaitu vertical dan culture. Vertikultur merupakan teknik bercocok tanam diruang/lahan sempit dengan memanfaatkan bidang vertikal sebagai tempat bercocok tanam yang dilakukan secara bertingkat.

Pada prinsipnya, cara bercocok tanam vertikultur ini tidak berbeda dengan cara bercocok tanam di kebun atau di lahan datar. Perbedaan mendasar adalah dalam penggunaan lahan produksi tanaman. Teknik vertikultur memungkinkan dilakukan dalam luasan satu meter persegi untuk dapat ditanami dengan jumlah yang jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan penanaman di lahan mendatar (Lukman, 2011).

Bertanam secara vertikultur dapat dilakukan di pekarangan rumah. Tujuan budidaya bisa untuk memenuhi kebutuhan dapur sendiri dan dapat juga untuk dijual. Beberapa jenis vertikultur berdasarkan letak media tanam yaitu vertikultur bertingkat, vertikultur berdiri dan vertikultur bergantung (Noverita, 2005).

Tujuan Vertikultur

    Tujuan vertikultur adalah untuk memanfaatkan lahan yang sempit secara optimal . Sistem bertanam secara vertikultur sekilas memang terlihat rumit, tetapi sebenarnya sangat mudah dilakukan. Tingkat kesulitan bertanam secara vertikultur. tergantung kepada model dan sistem tambahan yang dipergunakan. Dalam model sederhana, struktur dasar yang digunakan mudah diikuti dan bahan pembuatannya mudah ditemukan, sehingga dapat diterapkan di rumah-rumah. Sistem tambahan yang memerlukan keterampilan dan pengetahuan khusus, contohnya penggunaan sistem hidroponik atau irigasi tetes (Temmy, 2003).

Bertanam secara vertikultur sebenarnya bukan sekedar penanaman vertikal, namun penerapannya akan merangsang seseorang untuk menciptakan keragaman hayati di pekarangan yang sempit. Struktur yang dibuat secara vertikal akan memudahkan dalam pembuatan dan pemeliharaannya. Sistem pertanian secara vertikultur tidak hanya sebagai sumber pangan, tetapi juga dapat menciptakan suasana alami yang menyenangkan (Wartapa et al., 2010).

Kelebihan Vertikultur

Sistem bertanam secara vertikultur memiliki beberapa kelebihan.

a.  populasi tanaman per satuan luas jauh lebih besar.
b. dengan melakukan sterilisasi media tanam akan dapat menghindari pemakaiaan pestisida yang dapat mencemari sayuran dan mengganggu kesehatan.
c. kehilangan pupuk yang terbawa aliran air hujan dapat dikurangi karena jumlah media tanam yang digunakan sudah diperhitungkan cukup di sekitar perakaran tanaman saja dan dalam struktur wadah terbatas.
d. mudah dibuat dengan menggunakan bahan dasar yang disesuaikan dengan bahan yang tersedia.
e. bahan dasar yang dipakai dapat menggunakan barang bekas atau sudah tidak dipakai lagi.
f. mudah dipelihara dan dapat menambah nilai estetika lahan serta mudah untuk dipindah-pindahkan. Ketujuh, mendatangkan keuntungan ekonomis karena bangunan unit vertikultur dan media tanaman dapat dipakai lebih dari satu kali penanaman. Kedelapan, kualitas dan kuantitas produk lebih baik.
(Desiliyarni et al., 2003).

Bentuk-bentuk vertikultur

         Pertanian dengan teknologi vertikultur dapat  menerapkan beberapa model,  tinggal disesuaikan dengan bahan yang tersedia, kondisi dan keinginan. Bahan yang dapat digunakan seperti bambu, pipa paralon, pot, terpal, kaleng bekas, bahkan lembaran pembungkus semen atau  karung beras pun bisa. Intinya wadah yang bisa ditempati menanam dengan baik dan juga memberikan nilai stetika.

Beberapa model teknologi vertikultur yang dapat diterapkan adalah :
A). Vertiminaponik yang merupakan kombinasi antara system budidaya sayuran secara vertical berbasis pot talang plastik dengan aquaponik (budidaya ikan) atau dengan kata lain integrasi antara budidaya sayuran dengan ternak ikan. Media tanam yang digunakan adalah batu zeolit dan kompos.

B). Walkaponik yang merupakan system budidaya sayuran yang juga diintegrasikan dengan ternak ikan. Prinsip dari walkaponik sama dengan vertiminaponik, yang membedakan adalah system budidaya sayuran yang menggunakan pot-pot dan disusun sedemikian rupa membentuk taman vertical, sehingga disebut walkaponik yang berasal dari kata wall gardening dan aquaponik. Media tanam yang digunakan adalah batu zeolit dan kompos.

C). Model Wall gardening yang merupakan sistem budidaya tanaman memanfaatkan tembok atau dinding yang kosong. Beberapa model wall gardening meliputi: (1). Wall gardening model terpal : bahan yang digunakan adalah terpal yang dibentuk seperti tempat sepatu. Media tanam yang digunakan adalah campuran tanah, sekam dan kompos/pupuk kandang; (2). Wall gardening model paralon : bahan yang digunakan adalah paralon atau bambu yang dilubangi sebagai tempat tumbuhnya tanaman. Media tanamnya adalah campuran tanah, sekam dan kompos/pupuk kandang; (3) Wall gardening model pot plant : bahan yang digunakan adalah pot dengan rangka besi atau balok sebagai penyangganya. Media tanam yang digunakan adalah campuran tanah, seam, dan kompos/pupuk kandang; (4). Wall gardening model partisi/modul: bahan yang digunakan adalah agro pro dan besi sebagai penyangganya. Media tanam yang digunakan adalah cocopeat dan pupuk kandang/kompos.

Media Tanam

         Media tanam merupakan salah satu faktor penting yang sangat menentukan keberhasilan dalam budidaya tanaman. Media tanam akan menentukan baik buruknya pertumbuhan tanaman yang pada akhirnya mempengaruhi hasil produksi. Media tanam memiliki fungsi untuk menopang tanaman, memberikan nutrisi dan menyediakan tempat bagi akar tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Lewat media tanam tumbuh-tumbuhan mendapatkan sebagian besar nutrisinya. Untuk budidaya tanaman dalam wadah pot atau polybag,  media tanam dibuat sebagai pengganti tanah. Oleh karena itu, harus bisa menggantikan fungsi tanah bagi tanaman, (Anonim, 2016).

Dari media tanam inilah tanaman menyerap makanan berupa unsur hara melalui akarnya. Media tanam yang digunakan sebaiknya campuran antara tanah, pupuk kompos, dan sekam dengan perbandingan 1:1:1. Setelah semua bahan terkumpul, dilakukan pencampuran hingga merata. Tanah dengan sifat koloidnya memiliki kemampuan untuk mengikat unsur hara, dan melalui air unsur hara dapat diserap oleh akar tanaman dengan prinsip pertukaran kation. Sekam berfungsi untuk menampung air di dalam tanah sedangkan kompos menjamin tersedianya bahan penting yang akan diuraikan menjadi unsur hara yang diperlukan tanaman.

Campuran media tanam kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang telah disiapkan hingga penuh. Untuk memastikan tidak ada ruang kosong, dapat digunakan bambu kecil atau kayu untuk mendorong tanah hingga ke dasar wadah (ruas terakhir). Media tanam di dalam wadah diusahakan agar tidak terlalu padat supaya air mudah mengalir, juga supaya akar tanaman tidak kesulitan “bernafas”, dan tidak terlalu renggang agar ada keleluasaan dalam mempertahankan air dan menjaga kelembaban.

Jenis-jenis tanaman yang dapat dibudidayakan dengan teknik vertikultur

Jenis-jenis tanaman yang dapat dibudidayakan dengan teknik vertikultur pada umumnya jenis sayuran karena tanaman tidak terlalu tinggi dan besar serta akan lebih mudah ditangani dan lebih cepat dipanen, sehingga modal yang digunakan lebih cepat kembali. Apalagi jika tanaman yang dipilih adalah tanaman yang sedang tren dan memiliki nilai jual yang ekonomi tinggi. Jenis tanaman sayuran dan buah-buahan yang dapat dipilih antara lain seledri, caisim, sawi, baby kailan, tomat, cabai hias, cabai keriting, kemangi, bayam, kangkung cabut, selada, daun ginseng, dan strawberi (Sanusi, 2010).

langkah-langkah Teknik Vertikultur

Berikut adalah langkah-langkah dalam melakukan penanaman dan pemeliharaan dengan teknik vertikultur
(1) Siapkan wadah penanaman, kemudian isi dengan komposis media yang telah ditetapkan, 
(2) Keluarkan bibit semai beserta medianya dari dalam wadah penyemaian, 
(3) Masukkan ke dalam wadah penanaman yang baru sampai  batas leher tanaman, 
(4)Padatkan media di sekitar permukaan media, lalu susun tanamansesuai tingkatan berdasarkan kebutuhannya akan cahaya matahari, 
(5) tanaman setiap hari. Jika terlihat ada hama, segera ambil dan matikan. Jika tanaman terserang penyakit, cabut tanaman dan buang medianya, kemudian ganti dengan media dan tanaman yang baru, 
(6) Bila tanaman kurang subur, tambahkan pupuk kandang atau kompos yang telah matang, 
(7) Lakukan penyiraman atau penyemprotan secara rutin menggunakan sprayer dengan frekuensi dua kali sehari, yaitu pagi dan sore hari.


Sumber:


Comments

Post Page Ad

mid ad

Bottom Ad