Usahatani Padi Sawah



         Irawan (2004), secara nasional, sekitar 55 % konsumsi kalori dan 45 % konsumsi protein di tingkat rumah tangga berasal dari beras. Hal tesebut menunjukkan peningkatan produksi beras berperan penting dalam pemenuhan kecukupan konsumsi gizi rumah tangga dan ketahanan pangan nasional. Sekitar 90 % produksi beras nasional dihasilkan dari sawah terutama di Jawa. Peningkatan produktivitas padi terutama disebabkan oleh peningkatan produktivitas usahatani yang dilakukan melalui berbagai program intensifikasi. Sebagian besar petani mengusahakan padi, maka program intensifikasi tersebut tidak hanya bertujuan meningkatkan produksi padi tetapi juga pendapatan petani.

        Akhir-akhir ini laju peningkatan produktivitas padi semakin lambat sehingga pertumbuhan produksi padi juga menurun, kondisi ini menyebabkan kekurangan beras di masa yang akan datang. Secara agronomis, peningkatan produktivitas padi disebabkan oleh dua faktor yaitu meningkatnya penggunaan varietas padi berdaya hasil hasil tinggi dan semakin membaiknya mutu usahatani yang dilakukan petani seperti cara pengolahan tanah, penanaman dan pemupukan.

        Menurut Prasetiyo (2002) bahwa proses pencapaian swasembada beras tidak lepas dari penerapan dan inovasi teknologi yang dikembangkan pemerintah, misalnya dalam penggunaan benih unggul, teknologi pemupukan, pengendalian organisme pengganggu, pengolahan tanah, dan lain sebagainya. Akhir-akhir ini proses produksi beras menghadapi berbagai kendala yang cukup serius, antara lain:

  1.      Cuaca atau iklim makin sulit diramal dengan tepat, misalnya mundurnya musim hujan, musim kemarau yang panjang, dan bencana kekeringan.
  2.      Eksplosi serangga hama akibat belum sepenuhnya diterapkan teknik budidaya yang baik, seperti tanam serempak.
  3.      Semakin langkanya budidaya tenaga kerja dalam budidaya padi sawah, misalnya tenaga pengolah lahan.
 4.      Sektor industri yang tumbuh pesat tampak lebih menarik untuk digeluti serta memberikan harapan lebih baik daripada menjadi buruh mencangkul.
   5.      Tenaga kerja sektor pertanian berpindah ke sektor industri atau sektor lainnya, sehingga ongkos tenaga kerja pengolah tanah semakin mahal dan biaya produksi meningkat.
  6.      Alternatif pengolahan tanah yang menggunakan traktor belum dapat dijangkau seluruh petani.

Comments

Post Page Ad

mid ad

Bottom Ad